Denganistighfar akan disempurnakannya amal dan asbab diterimanya doa. 6. Sabar setiap menghadapi ujian. 7. Menisbatkan diri hanya kepada Allah swt Musyawarah (syura), bukan perintah (amar) jamaah umroh, jamaah shalat, jamaah ziarah, jamaah tahlil, jamaah dakwah begitu pula jamaah tabligh. Pada masa Rosulullah SAW dan Khulafa Rashidiin Seorangtablighi (pengikut Jamaah Tabligh, red) tidaklah mengetahui hal-hal tersebut kecuali hanya segelintir dari mereka.” (Jama’atut Tabligh Mafahim Yajibu An Tushahhah, hal. 5- 6). Sifat ketiga: Keilmuan yang Ditopang dengan Dzikir. JAKARTA (Panjimas.com) – Panglima Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda (KOKAM) Muhammadiyah Garut, Dian Noviar Nugraha menyatakan Kokam Garut siap mengawal Tabligh Akbar Ustadz Bachtiar Nasir di Alun-alun Garut 11 November mendatang. cash. Abstrak Jamaah Tabligh merupakan salah satu gerakan dakwah dalam Islam yang berasal dari India. Gerakan ini masuk ke pulau Lombok sekitar awal tahun 1990-an. Kehadiran gerakan ini melahirkan fenomena baru dalam kehidupan sebagian masyarakat Islam di Lombok. Gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya tidak hanya kepada golongan kelas bawah, tapi juga golongan elit dari kalangan pejabat dan pengusaha. Kajian ini bertujuan menganalisa kelompok ini dari aspek pengaruhnya terhadap pembangunan masyarakat Muslim secara lebih luas seperti politik, ekonomi dan sosial. Bentuk kajian ini adalah deskriptif-kualitatif. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah dokumentasi, observasi dan wawancara yang melibatkan 21 responden. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa gerakan Jamaah Tabligh memberi pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan masyarakat Muslim di Pulau Lombok. Dari segi politik, gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya terhadap para pejabat sehingga ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh para pejabat bersumber dari doktrin gerakan Jamaah Tabligh. Dari segi ekonomi pula, gerakan ini telah berhasil mengurangkan gaya hidup hedonisme di kalangan pengikutnya. Sedangkan dari segi sosial, gerakan ini memainkan peranan penting terhadap hidupnya suasana ibadah di masjid-masjid. Selain ini gerakan ini juga telah mampu mengurangi perilaku buruk di kalangan masyarakat. Namun demikian terdapat juga beberapa hal yang menjadi perhatian khusus gerakan ini terutama dalam menggunakan hadis-hadis yang banyak berstatus lemah dha’if. Selain itu pengabdian terhadap anggota keluarga akibat doktrin khuruj juga yang terdapat dalam gerakan Jamaah Tabligh perlu diperhatikan. Namun secara umum gerakan Jamaah Tabligh memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap pembangunan moral-spiritual masyarakat di pulau Lombok. Oleh karena itu gerakan dakwah ini perlu didukung bagi memberikan pengaruh yang lebih luas terhadap pembangunan masyarakat selain itu gerakan ini juga perlu menjalin kerjasama dengan organisasi-organisasi dakwah supaya gerakan ini tidak terkesan eksklusif. Abstract Jamaah Tabligh is one of the da'wah movements in Islam that originally comes from India. This movement was introduced to Lombok Island in the early 1990s. The presence of this movement gave birth to a new phenomenon in the life of some Islamic societies in Lombok. This movement has succeeded in instilling its influence not only to the lower classes, but also the elite from officials and businessmen. This study aims to analyze this group from influence aspects on the development of a Muslim society wider such as politics, economics and society. The form of this study is descriptive-qualitative. The techniques used to obtain data are documentation, observation and interviews involving 21 respondents. The results of this study proved that the Jamaah Tabligh movement has a significant influence on the development of Muslim communities on the Lombok island. From a political point of view, this movement has succeeded in instilling its influence on the officials so that there are some policies made by officials sourced from the doctrine of Jamaah Tabligh movement. From an economic point of view, the movement has succeeded in reducing the hedonism lifestyle among its followers. While in terms of social, this movement plays an important role on the life of the atmosphere of worship in the mosques. Besides this movement has also been able to reduce bad behavior among the community. Nevertheless there are also some things of particular concern to this movement, especially in the use of hadiths that are weak dha'if. In addition, neglect of family members due to doctrine “khuruj” also contained in the Jamaah Tabligh movement needs to be paid attention to. In general, however, the Jamaah Tabligh movement has had a very positive influence on the moral-spiritual development of the people on Lombok island. Therefore, this da'wah movement needs to be supported to give wider influence to community development besides that this movement also need to establish cooperation with da'wah organizations so that this movement does not seem exclusive. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 1 Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap Pembangunan Masyarakat Muslim di Lombok Sejak Tahun 2011-2016 M. Zaki Abdillah Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Mataram,83115, Indonesia ibanee Riwayat Artikel Diterima Desember 2017 Direvisi Januari 2018 Disetujui Februari 2018 Abstrak Jamaah Tabligh merupakan salah satu gerakan dakwah dalam Islam yang berasal dari India. Gerakan ini masuk ke pulau Lombok sekitar awal tahun 1990-an. Kehadiran gerakan ini melahirkan fenomena baru dalam kehidupan sebagian masyarakat Islam di Lombok. Gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya tidak hanya kepada golongan kelas bawah, tapi juga golongan elit dari kalangan pejabat dan pengusaha. Kajian ini bertujuan menganalisa kelompok ini dari aspek pengaruhnya terhadap pembangunan masyarakat Muslim secara lebih luas seperti politik, ekonomi dan sosial. Bentuk kajian ini adalah deskriptif-kualitatif. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah dokumentasi, observasi dan wawancara yang melibatkan 21 responden. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa gerakan Jamaah Tabligh memberi pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan masyarakat Muslim di Pulau Lombok. Dari segi politik, gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya terhadap para pejabat sehingga ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh para pejabat bersumber dari doktrin gerakan Jamaah Tabligh. Dari segi ekonomi pula, gerakan ini telah berhasil mengurangkan gaya hidup hedonisme di kalangan pengikutnya. Sedangkan dari segi sosial, gerakan ini memainkan peranan penting terhadap hidupnya suasana ibadah di masjid-masjid. Selain ini gerakan ini juga telah mampu mengurangi perilaku buruk di kalangan masyarakat. Namun demikian terdapat juga beberapa hal yang menjadi perhatian khusus gerakan ini terutama dalam menggunakan hadis-hadis yang banyak berstatus lemah dha’if. Selain itu pengabdian terhadap anggota keluarga akibat doktrin khuruj juga yang terdapat dalam gerakan Jamaah Tabligh perlu diperhatikan. Namun secara umum gerakan Jamaah Tabligh memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap pembangunan moral-spiritual masyarakat di pulau Lombok. Oleh karena itu gerakan dakwah ini perlu didukung bagi memberikan pengaruh yang lebih luas terhadap pembangunan masyarakat selain itu gerakan ini juga perlu menjalin kerjasama dengan organisasi-organisasi dakwah supaya gerakan ini tidak terkesan eksklusif. Abstract Jamaah Tabligh is one of the da'wah movements in Islam that originally comes from India. This movement was introduced to Lombok Island in the early 1990s. The presence of this movement gave birth to a new phenomenon in the life of some Islamic societies in Lombok. This movement has succeeded in instilling its influence not only to the lower classes, but also the elite from officials and businessmen. This study aims to analyze this group from influence aspects on the development of a Muslim society wider such as politics, economics and society. The form of this study is descriptive-qualitative. The techniques used to obtain data are documentation, observation and interviews involving 21 respondents. The results of this study proved that the Jamaah Tabligh Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 2 I. Pendahuluan Islam tradisional merupakan salah satu istilah yang dilabelkan kepada kelompok Muslim yang mengedepankan amalan ritual dan penyucian jiwa. Salah satu kelompok yang sangat identik dengan istilah ini adalah gerakan Jamaah Tabligh JT. Fenomena tradisionalisme Islam yang diusung oleh JT ini mendapat respon yang beragam di kalangan masyarakat Islam di Indonesia khususnya di Pulau Lombok. Doktrin menghidupkan sunah Nabi melalui pendekatan dakwah secara personal ke rumah-rumah, menghindari polemik fikih dan politik serta memakai pakaian khas dan sorban merupakan ciri-ciri paling menonjol yang ada pada kelompok ini. Walaupun tanggapan masyarakat amat beragam, gerakan JT justeru telah berhasil mengembangkan dakwah mereka hampir ke setiap pelosok wilayah di Pulau Lombok. Hal ini dapat dilihat berdasarkan keikutsertaan masyarakat ke dalam kelompok ini serta kehadiran mereka di masjid-masjid. Tidak susah mengidentifikasi anggota kelompok ini karena mereka memiliki ciri khusus yang hampir dikenal oleh seluruh masyarakat Pulau Lombok. Pun demikian, tidak ada data secara kuantitatif mengenai jumlah anggota gerakan ini karena keanggotaan mereka bersifat lepas dan tidak terdata serta bertebaran di berbagai penjuru. Keberadaan JT di Pulau Lombok sejak awal tahun 1990-an telah melahirkan fenomena baru dalam kehidupan sebagian masyarakat Islam di Lombok. Gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya tidak hanya kepada golongan kelas bawah, tapi juga golongan elit dari kalangan pejabat dan pengusaha. Keberhasilan merangkul seluruh elemen masyarakat menjadikan gerakan ini menarik untuk dianalisa baik dari segi metodologi dakwah mahupun dari segi dampaknya terhadap pembangunan masyarakat Muslim di Lombok. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, terdapat tiga hal fundamental yang menjadi ciri khas gerakan JT yaitu pendekatan dakwah secara personal ke rumah-rumah melalui program khuruj, menghindari polemik fikih dan politik serta memakai pakaian khas ala India. Ketiga ciri ini tentu memiliki dampak terhadap respon dan juga pembangunan masyarakat khususnya jika dilihat dari aspek sosial politik dan budaya. Oleh karenanya persoalan utama yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sejauh mana kehadiran JT ini memberi dampak terhadap pembangunan sosial, politik dan budaya terhadap masyarakat Islam di Lombok. Masyarakat Lombok, oleh sebagian peneliti dianggap sebagai masyarakat yang taat beragama sekaligus taat berbudaya. Jargon “Lombok Pulau Seribu Masjid” adalah cerminan yang amat jelas Kata Kunci Dakwah Islam , Jamaah Tabligh , Metode Deskriptif-Kualitatif Keywords Islamic Da’wah, Jamaah Tabligh , Descriptive-qualitative method movement has a significant influence on the development of Muslim communities on the Lombok island. From a political point of view, this movement has succeeded in instilling its influence on the officials so that there are some policies made by officials sourced from the doctrine of Jamaah Tabligh movement. From an economic point of view, the movement has succeeded in reducing the hedonism lifestyle among its followers. While in terms of social, this movement plays an important role on the life of the atmosphere of worship in the mosques. Besides this movement has also been able to reduce bad behavior among the community. Nevertheless there are also some things of particular concern to this movement, especially in the use of hadiths that are weak dha'if. In addition, neglect of family members due to doctrine “khuruj” also contained in the Jamaah Tabligh movement needs to be paid attention to. In general, however, the Jamaah Tabligh movement has had a very positive influence on the moral-spiritual development of the people on Lombok island. Therefore, this da'wah movement needs to be supported to give wider influence to community development besides that this movement also need to establish cooperation with da'wah organizations so that this movement does not seem exclusive. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 3 untuk menunjukkan bahwa masyarakat Lombok adalah masyarakat yang religius. Selain Jargon “Pulau Seribu Masjid” masyarakat Pulau Lombok juga bisa dilabelkan dengan “Pulau Seribu Tuan Guru” ini karena fungsi, status dan pengaruh Tuan Guru di tengah-tengah masyarakat amat dirasakan. Sesuai dengan gelar yang disematkan oleh masyarakat, Tuan Guru memainkan peranan yang sangat penting dalam menyampaikan ilmu-ilmu agama kepada masyarakat. Dalam menyampaikan ilmu agama, Tuan Guru lazimnya mempunyai lembaga pendidikan berupa pondok pesantren dan biasanya “dihadirkan” oleh masyarakat dalam majelis-majelis keilmuan pengajian baik bersifat rutin mahupun pada momentum tertentu. Dari aspek budaya pula, ritual-ritual budaya yang ditampakkan baik melalui amalan mahupun pakaian memberikan gambaran bahwa masyarakat Lombok di samping religius juga sangat taat dalam beradat dan berbudaya. ketaatan masyarakat Lombok dalam beradatbudaya ini bisa dilihat dari berbagai aspek termasuk dalam hal keagamaan. Adapun dalam bidang politik, terutama setelah penerapan autonomi daerah masyarakat Lombok telah mengalami keterbukaan. Jabatan-jabatan politis yang pada awalnya didominasi oleh kelas perwangsa kini bisa diduduki oleh siapa saja termasuk oleh kalangan Tuan Guru. Bahkan autonomi daerah telah menjadi panggung bagi kalangan Tuan Guru memainkan politik secara praktis. Sehingga hampir di setiap lini demokrasi kalangan Tuan Guru selalu ada untuk mengambil bagian secara aktif. Kehadiran serta perkembangan gerakan JT yang mengusung tiga prinsip fundamental yang nampaknya bertentangan dengan dinamika sosial, politik dan budaya masyarakat Lombok seakan-akan melahirkan kompetisi baru dalam kehidupan masyarakat di Pulau ini. Di satu sisi, masyarakat Lombok sedang mengalami kenyamanan dalam menjalani kehidupan beragama, berbudaya dan berdemokrasi, manakala di sisi lain gerakan JT sedang berusaha melalui dakwahnya untuk menebar prinsip-prinsip agama, politik dan budaya yang berbeda dengan apa yang sedang dijalani oleh masyarakat Lombok. Oleh itu, penelitian ini mencoba untuk menganalisa satu persoalan yang menarik bagi mengetahui sejauh mana gerakan JT mampu mempengaruhi proses pembangunan masyarakat Lombok melalui tiga dimensi utama iaitu sosial, politik dan budaya yang terangkum dalam sebuah judul Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap Pembangunan Masyarakat Muslim Di Lombok. Fokus Penelitian ini adalah untuk memudahkan analisis hasil penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada kelompok gerakan JT di Pulau Lombok dengan menumpukan JT yang berada di wilayah Mataram. Rumusan Masalah dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yang telah dirumuskan yaitu 1 Apa saja pengaruh gerakan JT terhadap masyarakat Muslim di Pulau Lombok? 2 Apa perbedaan metode dakwah gerakan JT dengan gerakan-gerakan lain? 3 Sejauh mana metode dakwah yang diterapkan oleh gerakan ini sejalan dengan sunah Rasul? Adapun Tujuan Penelitia, berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini 1 Mendeskripsikan pengaruh gerakan JT terhadap pembangunan masyarakat Islam di Lombok. 2 Menjelaskan perbedaan metode dakwah JT dengan gerakan Islam yang lain. 3 Menguraikan sejauh mana metode dakwah JT sejalan dengan sunah Rasul.’ Dalam pelaksanaan Penelitian ini diharapkan dapat menerangkan secara jelas mengenai pengaruh gerakan JT dalam pembangunan masyarakat Islam di Pulau Lombok. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam menentukan kebijakan dan pandangan mengenai gerakan dakwah JT. Thung Ju Lan, Kelas Menengah Lombok, kompetisi kultural antar kelas, suku, bangsa dan agama, hlm. 107 Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 4 II. Kajian Pustaka Penulisan tentang Jamaah Tabligh telah banyak dilakukan, antara lain Amir 1998 meneliti Jamaah Tabligh suatu tinjauan sejarah, Syahruddin 1995 meneliti peranan Jamaah Tabligh dalam pembinaan ummat, Jurjis 2001 tentang perilaku Jamaah Tabligh. Di Lombok kajian mengenai Jamaah Tabligh telah dilakukan antaranya oleh Ihsan & Hafizi 2015 yang meneliti tentang strategi dakwah Jamaah Tabligh dan perubahan sosial masyarakat dusun Gelogor desa Lendang Nangka, Lombok Timur. Adapun kajian mengenai pengaruh Jamaah Tabligh secara lebih luas di Lombok sejauh ini masih belum ditemukan. Padahal sejauh ini Jamaah Tabligh tidak hanya menancapkan pengaruhnya di tingkat komunitas yang lebih kecil melainkan telah menjadi sebuah gerakan yang mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Untuk literatur primer mengenai konsep Jamaah Tabligh itu sendiri penulis menyusun berdasarkan beberapa karya di antaranya karya Mualana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi, Himpuna Fadhailul A’amal. Kemudian karya Syeikh Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi dan Syeikh Maulana Muhammad Saad al-Kandaklawi dalam kitab Muntakhab al-Ahadits Dalil-dalil pilihan enam sifat utama. Kemudian karya Maulana Sayid Muhammad Syahid, Menjawab kritikan atas kitab Fadhailul A’mal. Dan karya Mulana Wahiduddin Khan, Gerakan Tinjauan Pustaka Tentang Dakwah Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dari kata dasar daÊčā yang berarti menyeru, dan mashdarnya daÊčwah yang berarti seruan, mengajak, atau panggilan. Jadi dakwah secara bahasa adalah seruan atau ajakan yang dilakukan oleh da’i kepada manusia untuk menjalani hidup di jalan Allah SWT. Selain makna dakwah, mengajak kejalan Allah atau mengajak kedalam agama Allah dalam Al-Qura’an juga ada ayat dengan makna do’a, Al-Imran,338, makna mendakwa, Maryam 91, makna mengadu, Al-Qamar 10 dan banyak lagi yang dipakaikan dalam makna yang tentang dakwah mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan permasalahan dan tantangan dakwah. Muhammad Ali Aziz dalam bukunya “Ilmu Dakwah” telah menghimpun ta’rif dakwah yang diberikan oleh parta ahli sebanyak 39 ta’rif, di antaranya adalah Menurut Abu Bakar Zakaria dakwah adalah “Usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam untuk memberikan pengajaran kepada khalayak umum sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tentang hal-hal yang mereka butuhkan dalam urusan dunia dan keagamaan”.Menurut Syekh Ali bin Shalih al-Mursyidi dakwah adalah; “Syistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran, kebajikan, dan petunjuk agama; sekaligus menguak berbagai kebatilan beserta media dan metodenya melalui sejumlah teknik, metode dan merdia yang lain”. Menurut Syekh Adam Abdullah al-Aluri dakwah adalah “Mengarahkan pandangan dan akal manusia kepada kepercayaan yang berguna dan kebaikan yang bermanfaat. Dakwah juga kegiatan mengajak orang untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan yang hampir menjatuhkannya atau dari kemaksiatan yang selalu Tinjauan Tentang Sumber dan Metode Dakwah Munzier dalam bukunya “Metode Dakwah” menulis 4 hal yang menjadi sumber metode dakwah yaitu, Al-Qur’an, Sunnah Rasul, Sejarah para sahabat dan fuqaha dan sebagai suatu usaha pengejawantahan misi suci Islam sebagai rahmatan Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi, Himpunan Fadhailul A’mal, terj. Abdurrahman Ahmad, Yogyakarta As-Shaf, 2006. Syeikh Mulana Muhammad Yusuf al-kandahlawi yang disusun kembali oleh Maulana Muhammad Saad al-Kandahlawi, Muntakhab Ahadits Dalil-dalil pilihan enam sifat utama, Yogyakarta As-Shaf, 2006. Maulana Sayid Muhammad Syahid, Menjawab kritikan atas kitab Fadhailul A’mal, Bandung Pustaka Dai, 2003. Maulana Wahiduddin Khan, Tabligh Movement, New Delhi The Islamic Center, 1997 Yunus, Mahmud dan Muhammad Qasim Bakry. 1930. Al-QāmĆ«s al-Zahabiy. Mesir Al Mathba’ah Muhammad Ali Aziz. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta Muhammad Ali Aziz. 2009. Ilmu Dakwah Ibid, Munzir Suparta dan Hajani Hefni, ed. 2006. Metode Dakwah. Jakarta Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 5 lil’alamin haruslah digali dari sumber utama ajaran Islam yaiu Al-Qur’an Sunnah Rasulullah saw, sebagaimana pesan terakhir Rasulullah dalan pidatanya pada Haji Wad’ sebagai berikut “Perhatikan kata-kataku ini, saudara-saudara. Aku sudah menyampaikan ini, ada masalah yang sudah jelas kutinggalkan di tangan kamu, yang jika kamu pegeng teguh, kamu takkan sesat selama-lamanya,-Kitabullah dan Sunnah Rasulullah”. Berangkat dari khutbah Rasulullah pada Haji Wada’ itu, Semua aktifitas umat Islam haruslah didasarkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, maka adalah merupakan suatu kepastian bahwa dakwah harus didasarkan kepada Al-Qur’an dan SunnaRasulullah 8 20. Selain Al-Qur;an dan Al-Sunnah, sejarah hidup para sahabat dan fuqaha juga dapat dijadikan sebagai sumber dakwah. Dalam sejarah kehidupan para sahabat dan para fuqaha banyak nilai-nilai yang patu dijadikan suri tauladan dal usaha dakwah. Karerna adalah orasng-orang yang ekpert dalam bidang agama. Mu’adz bin Jabal dan para sahabat lainnya merupakan figure yang patut dicontoh sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan misi dakwah. Pengalaman juru dakwah juga merupakan sumber metode dakwah yang signifikan dalam berdakwah. C. Tinjauan Pustaka tentang Pendekatan Dakwah Pendekatan dakwah sesungguhnya tidaklah berdiri sendiri tetapi saling bertautan dengan aspek-aspek lain yang terkait dengan dakwah. Menurut Muhammad Ali Aziz, ketika dia membahas metode dakwah ada beberapa istilah yang saling berkaitan, yaitu pendekatan approach-nahiyah, strategi strategy-manhaj, metode method-ushlub teknik technique-thariqah, dan taktik tactic-syakilah. Dalam penelitian ini tidak semuanya akan diteliti, tetapi hanya difokuskan kepada pendekatan dakwah. Pendekatan dakwah berada di antara dua kutup, pada satu sisi adalah da’i, sebagai subjek yang mengajak dan pada sisi lain ada mad’u sebagai objek yang diajak. Agar antara da’i dengan mad’u tercipta keselarasan dan keharmonisan perlu adanya bentuk pendekatan yang akurat. Menurut Sjahudi Siradj sebagaimana dikutip oleh Muhammad Ali Aziz; ada tiga pendekatan dakwah. Pendekatan budaya, Pendekatan pendidikan, danPendekatan pendekatan dakwah tersebut lebih banyak ditentukan oleh kondisi mad’u sebagai objek dakwah. Oleh karenanya komponen terkait, da’i, materi atau pesan dakwah, metode dakwah, dan media dakwah harus singkron dengan kondisi objek yang didakwahi. Sesuai dengan misi Islam rahmatan lilalamin, maka pendekatan dakwah haruslah dilakukan dan diseberluaskan dengan semangat kasih sayang, santun dan Syekh Mustafa Mansur dalam buklunya Fiqhud Dakwah” sebagaiman di kutip oleh Munzir Suparta, ada dua hal yang menjadi dasar bahwa pendakatan dakwah Islam tidak harus menggunakan pendekatan kekerasan tetapi justru harus dilakukan dengan penuh kelembutan,santun dan kasih sayang. Pertama, Islam adalah agama yang benar dan ajaran-ajarannya sama sekali benar dan dapat diuji kebenarannya secara ilmiah. Dua, Masuknya iman ke dalam kalbu setiap manusia merupakan hidayah dari Allah tidak seorangpun yang berhak dan mempu memberikan hidayah ke dalam kalbu manusia kecuali hanya Allah SWTD. Tinjauan tentang Sejarah Singkat Jamaah Tabligh Jama’ah Tabligh didirikan oleh Syaikh Maulana Ilyas bin Syaikh Muhammad Ismail Al-Kandahlawi Al-Hanafi di Negara India, tepatnya di kota Sahar Nufur. Beliau dilahirkan tahun 1303 H. di lingkungan keluarga yang mengikuti thariqat Al-Jitsytiyyah ash-Shufiyyah. Ia belajar pertama kali pada kakeknya sendiri, Syeikh Muhammad Yahya, seorang guru madrasah di kota kelahirannya. Kakenya ini adalah seorang penganut madzhab Hanafi dan teman dari sorang ulama Muammad Husain, Haekal. 1982. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta Munzir Suparta dan Hajani Hefni. Muhammad Ali Aziz. Ibid, Ibid, h. 348 Munzir Suparta dan Hajani Hefni, Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 6 dan penulis Islam terkenal, Syeikh Abu Al-Hasan Ali al-Hasani an-Nadawi, direktur Dar-Ulum di Lucknow, orang yang hafidz hafal Qur’an dan menimba ilmu di Madrasah Diyuband setelah diba’iat oleh guru besar Thariqat, Syaikh Rasyid Ahmad Ilyas pertama kali terdorong untuk mendirikan Jama’ah Tabligh setelah melihat adanya kerusakan mental umat Islam. Menurut penilaiannya, mental umat Islam sudah bobrok dan banyak masjid yang kosong, ibadah-ibadah wajib sudah banyak ditinggalkan oleh umat Islam. Banyak orang mengaku beriman Islam, tetapi sebenarnya mereka telah terjatuh ke lembah kemusyrikan. Maulana berpendapat, tidak ada jalan untuk memperbaikinya kecuali dengan kembali kepada ajaran Rasulullah SAW. Cara inilah yang dapat menyembuhkan “orang-orang sakit” itu. Pusat perkembangan jama’ah tabligh ada di India, tepatnya perkampungan Nidzammudin, Delhi. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang dikeliliingi oleh 4 kuburan wali. Mereka terkesan sangat mengagungkan masjid tersebut dan menganggap suci masjid yang ada kuburannya tersebut. Da’wah jama’ah tabligh menyebar hingga ke Pakistan, Bangladesh dan negara-negara asia timur dan menyebar hingga ke seluruh dunia. Tujuan dakwah mereka adalah membina ummat islam dengan konsep khuruj/jaulah yang lebih menekankan kepada aspek pembinaan suluk/akhlak, ibadah-ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan sabar. Di Indonesia Jamaah tabligh mulai masuk pada tahun 1952, tetapi baru berkembang pada tahun 1974 di Masjid Jami Kebon Jeruk, Jakarta Pusat. Pada awal tahun 1990-an, gerakan dakwah ini sudah tersebar di 27 propinsi di Indonesia. Dakwah dilakukan hingga kawasan transmigrasi dan ke penjara-penjara. Anggota Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis seperti Gito Rollies sampai dengan tentara, kalangan profesional dll. Sasaran utama pengembangan Jamaah Tablig umumnya kalangan perkotaan terutama yang tidak menyukai aktivitas politik dan ada minat terhadap Aqidah dan Ajaran Jamaah Tabligh Gerakan Jama’ah Tabligh menetapkan enam pedoman dasar sebagai asas da’wah dari jamaah ini yang disebut dengan “Ushul Sittah”, yang mana tersebut sebagai berikut1 Al Kalimah Thoyyibah, yaitu dua kalimat syahadat, Kalimat syahadat dalam ajaran Jamaah Tabligh tidak hanya sebatas diucapkan saja. Akan tetapi, kalimat syahadat juga harus diterapkan dalam amaliyah sehari-hari, dan mereka mengartikan kalimat syahadat sebagai berikut a Laa ilaaha ilallah, Maksudnya Mengeluarkan keyakinan pada makhluk dari dalam hati dan memasukkan keyakinan hanya kepada Allah di dalam hati. Yaitu dengan cara sebagai berikut Mendakwahkan pentingnya iman, latihan dengan membentuk halakah iman, berdoa kepada Allah agar diberi hakikat iman. b Muhammadar Rasulullah, Maksudnya Mengakui bahwa satu-satunya jalan hidup untuk mendapatkan kejayaan dunia dan akhirat hanya dengan mengikuti cara hidup Rasulullah Yaitu dengan cara sebagai berikut dakwahkan pentingnya sunnah Rasulullah, latihan dengan menghidupkan sunnah 1x24 jam setiap hari, berdoa kepada Allah agar dapat mengikuti sunnah Rasulullah. 2 Melaksanakan sholat dengan khusyu’, Para pengikut Jama’ah Tabligh sangat disarankan untuk mealakukan sholat dan melaksanakan amalan-amalan didalamnya baik yang wajib maupun yang sunnah. Artinya, shalat dengan konsentrasi batin dan rendah diri dengan mengikuti cara yang dicontohkan Rasulullah dan membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah dalam shalat kedalam kehidupan sehari-hari. Azra, Azyumardi [ Ensiklopedi Islam Jilid 1, Jakarta ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, Mani’ bin Hammad al-Jahni, Al Mausuah al Muyassarah fil Adyan wal Madzahib wal Ahzab al Muashirah, Riyadl Darun Nadwah al Alamiyah, 1418H, keluar wilayah untuk berdakwah dengan jumlah waktu yang telah ditentukan seperti 4 bulan, 40 hari, seminggu, dls. Azra, Azyumardi [ /Http/Jamaahtabligh/MeandMyMind/JamaahTablighDanDakwah./html/ 15/03/2016 Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 7 3 Al Ilm wa al Dzikr, Yang dimaksud dengan Al Ilm adalah bahwasanya semua petunjuk yang datang dari Allah telah diperlihatkan pada diri Rasulullah. Sedangkan Al Dzikr yaitu senantiasa mengingat kebesaran Allah. 4 Ikramul Muslimin Memuliakan sesama Muslim, Menunaikan kewajiban pada sesama muslim tanpa menuntut hak kita ditunaikannya. Yaitu dengan cara; Mendakwahkan pentingnya ikramul muslimin, Latihan dengan memberi salam kepada orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal menghormati yang tua, menghargai yang sesama, menyayangi yang muda, Berdoa kepada Allah agar diberi hakikat ikrakul muslimin. 5 Ikhlas, Membersihkan niat dalam beramal, semata-mata karena Allah. Yaitu dengan cara; Mendakwahkan pentingnya tashihun niyah, latihan dengan mengoreksi niat sebelum, saat dan setelah beramal, berdoa kepada Allah agar diberi hakikat tashihun niat. 6 Dakwah dan tabligh khuruj fii sabiilillah, Dakwah dan tabligh adalah dengan memperbaiki diri, yaitu menggunakan diri, harta, dan waktu seperti yang diperintahkan Allah. Dan menghidupkan agama pada diri sendiri dan manusia di seluruh alam dengan menggunakan harta dan diri Jamaah Tabligh mengajarkan bahwa taklid pada mazhab tertentu wajib hukumnya. Dengan demikian, gerakan ini berpendapat bahwa pintu ijtihad telah tertutup, karena sekarang ini tak ada ulama yang mampu melaksanakan ijtihad sehingga digelari mujtahid. Jamaah ini banyak terpengaruh dengan tarikat-tarikat sufi yang ada di India. Oleh karena itu ada diantara ajaran-ajarannya yang bersumber dari ajaran tarikat sufi, diantaranya kewajibah Baiah kepada syeikh, mengagung-agungkan syeikh dan Rasulullah SAW, dan memperbanyak amalan-amalan Prinsip dan Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh Markas internasional pusat tabligh adalah di Nizzamudin, India. Kemudian setiap negara juga mempunyai markas pusat nasional, dari markas pusat dibagi markas-markas regional/daerah yang dipimpin oleh seorang Shura. Kemudian dibagi lagi menjadi ratusan markas kecil yang disebut Halaqah. Kegiatan di Halaqah adalah musyawarah mingguan, dan sebulan sekali mereka khuruj selama tiga hari. Khuruj adalah meluangkan waktu untuk secara total berdakwah, yang biasanya dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang Amir. Orang yang khuruj tidak boleh meninggalkan masjid tanpa seizin Amir khuruj. Tapi para karyawan diperbolehkan tetap bekerja, dan langsung mengikuti kegiatan sepulang dari pengertian umum yang memahami dakwah secara salah sebagai tugas para alim ulama semata, gerakan ini berpendapat bahwa amar makruf nahi munkar adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah; dakwah bukan hanya kewajiban alim ulama melainkan juga kewajiban muslim awam. Oleh karena itu, gerakan ini kurang nyaman dengan kegiatan-kegiatan dakwah seperti tabligh akbar, apalagi hal itu disatukan dengan acara-acara kesenian kali tiba di suatu daerah, mereka pertama-tama melakukan Jaulah Khususi, yaitu mengunjungi ulama setempat; baru kemudian mereka mengadakan Jaulah Umumi, yaitu mengunjungi rumah-rumah penduduk dan mengajak mereka ke masjid setempat. Kemudia kegiatan diisi dengan ta'lim membaca hadits atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria, bayan, mudzakarah menghafal 6 sifat sahabat, karkuzari memberi laporan harian pada amir, dan musyawarah. Selama masa khuruj, mereka tidur di Mani’ bin Hammad al-Jahni, Azra, Azyumardi [ h. 267 Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 8 Ada beberapa prinsip yang selalu harus diingat oleh anggota jamaah dalam menjalankan dakwah selama khuruj, diantaranya 1 Dakwah harus dijalankan dengan Ikhlas dan hanya mengharap ridho Allah. 2 Anggota jamaah harus menghormati orang Islam yang lain, terutama para ulama. 3 Selama berdakwah, anggota jemaah diharuskan mempelajari ajaran gerakan dan selalu berusaha menjalankan ajaran itu. 3 Anggota harus menjahui perbuatan yang sia-sia dan sebaliknya memperbanyak ibadah seperti shalat sunnah. 4 Dalam member bayan, anggota diharapkan menggunakan kata-kata yang tepat, memberikan penjelasan yang menentramkan jiwa, dan dilarang bicara politik, menggunjing aib orang lain. 5 Penekanan bayan pada masalh kebesaran Allah, kepercayaan pada hari akhir, kewajiban shalat berjamaah dan kewajiban berdakwah. 6 Anggota harus bersabar bila mendapat sambutan yang tidak simpatik. 7 Kalau usaha dakwah gagal, kegagalan itu dianggap tidak terletak pada mereka melainkan pada pendengar yang masih enggan menerima kebenaran. 8 Anggota mengadakan evaluasi setiap selesai malakukan satu tindakan dakwah. Aktivitas Markas Regional adalah sama, khuruj, namun biasanya hanya menangani khuruj dalam jangka waktu 40 hari atau 4 bulan saja. Selain itu mereka juga mengadakan malam Ijtima' berkumpul, dimana dalam Ijtima' akan diisi dengan Bayan ceramah agama oleh para ulama atau tamu dari luar negeri yang sedang khuruj disana, dan juga ta'lim wa ta'alum. Setahun sekali, digelar Ijtima' umum di markas nasional pusat, yang biasanya dihadiri oleh puluhan ribu umat muslim dari seluruh pelosok daerah. Bagi umat muslim yang mampu, mereka diharapkan untuk khuruj ke poros markas pusat India-Pakistan-Bangladesh/IPB untuk melihat suasana keagamaan yang kuat yang mempertebal iman Metodologi Penelitian A. Bentuk Penelitian Oleh karena kajian ini merupakan kajian etnografi, maka metodologi yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif dengan analisa induktif. B. Tempat Penelitian Penelitian ini berlokasi di kota Mataram dengan pertimbangan bahwa markas pusat gerakan JT berada di kota Mataram iaitu di masjid at-Taqwa. C. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri. D. Sampel Data Sumber data utama dalam penelitian ini ialah hasil wawancara dan fenomena. Adapun data sekunder ialah dokumen-dokumen yang terkait dengan subjek penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik wawancara dan observasi dilakukan bagi memudahkan interaksi antara peneliti dengan kelompok yang menjadi objek penelitian. Adapun telaah dokumen diperlukan untuk melengkapi data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait fokus permasalahan. Sedangkan pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling sehingga memenuhi keperluan penelitian. Adapun jumlah responden yang akan diwawancara ialah minimal 21 orang. Adapun teknik observasi Azra, Azyumardi [ h. 267 Hakim, Abdul, Sudahkah Anda Mengenali Jama’ah Tabligh?, Jakarta Darul Qolam, 2003, Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 9 dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung segala aktivitas yang dijalankan oleh gerakan JT di Majid at-Taqwa Mataram. F. Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul maka langkah seterusnya adalah mengolah dan menganalisa data dengan cara menyusun data ke dalam kategori, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola lalu membuat kesimpulan sehingga mudah difahami. G. Tempo Penelitian Penelitian ini akan dijalankan selama enam 6 bulan mulai dari bulan Maret sampai bulan Agustus. IV. Penyajian dan Analisis Data A. Profil Jamaah Tabligh Jamaah Tabligh merupakan kelompok transnasional dakwah Islam yang didirikan pada tahun 1926M oleh Muhammad Ilyas di India. Kelompok ini melakukan gerakan dakwahnya dari kalangan bawah untuk merangkul seluruh kalangan masyarakat Muslim tanpa memandang status dan ekonomi. Selama dua dekade pasca dibentuk, gerakan ini telah berhasil menebarkan pengaruhnya di Asia Selatan sampai ke Asia Tenggara yang dipimpin oleh Maulana Yusuf putra Maulana Ilyas yang menjabat sebagai Amir. Di setiap negara Jamaah Tabligh memiliki markas mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah-daerah. Bahkan di daerah-daerah terdapat ratusan markas kecil yang biasanya dikenal dengan istilah halaqah dan halaqah ini terdiri dari sub halaqah kemudian mohalla masjid-masjid atau mushalla-mushalla. Secara struktural markas dakwah Jamaah Tabligh terstruktur seperti berikut Markas dunia Nizhamuddin > Markas negara > Sub markas daerah > Halaqah > Sub halaqah > Mohalla Masjid dan mushalla Halaqah merupakan ujung tombak aktivitas dakwah gerakan ini. Di sinilah program-program dakwah disusun baik program yang bersifat harian, mingguan maupun bulanan. Kegiatan harian antaranya musyawarah harian, taklim harian, zikir pagi dan petang dan amalan silaturrahmi. Adapun kegiatan mingguan berupa jaulah atau mengunjungi sesama Muslim dan berbincang tentang iman dan amal serta berusaha meningkatkan keimanan dan mempersiapkan diri untuk akhirat. Sedangkan kegiatan bulanan berupa khuruj keluar bersama-sama selama tiga hari ke masjid-masjid. Khuruj ini dimaksudkan untuk melakukan muhasabah diri dan mengajak orang lain agar berusaha meningkatkan iman. Selama khuruj biasanya ada empat aktivitas utama difokuskan. Pertama, dakwah kepada Allah ad-da’wah ila Allah. Kedua, belajar dan mengajar at-ta’lim wa at-ta’allum. Ketiga, zikir dan ibadah. Keempat, Khidmat melayani sesama Muslim. Semua aktivitas yang dilakukan sepanjang khuruj ini akan dilaporkan setiap hari kepada Amir. Aktivitas di markas regional tetap sama, hanya saja tempo khuruj lebih lama yaitu 40 hari sampai 4 bulan. Mereka juga mengadakan ijtima’ yang diisi dengan bayān oleh para ulama atau para tamu dari luar negeri yang sedang khuruj di sana dan juga ta’lim wa ta’allum. Biasanya gerakan ini mengadakan ijtima’ setahun sekali yang dihadiri oleh puluhan ribu umat Muslim di seluruh pelosok daerah. Adapun bagi Muslim yang mampu dianjurkan untuk khuruj ke markas pusat di India, Pakistan dan Bangladesh untuk melihat suasana keagamaan yang kuat untuk mempertebal iman. B. Landasan Utama Dakwah Jamaah Tabligh Ada enam asas atau landasan dakwah pergerakan Jamaah Tabligh yang dikenali dengan istilah enam sifat yaitu 1. Kalimah Thayyibah yaitu La Ilaha Illa Allah. Muhammad Rasul Allah. Sifat pertama ini bertujuan untuk mengeluarkan keyakinan kepada makhluk dari dalam hati dan menghiasinya Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 10 dengan keyakinan kepada Allah, supaya nanti ketika seseorang itu meninggal dunia dalam keadaan benar-benar beriman kepada Allah. Untuk mencapai sifat ini maka beberapa hal yang harus diamalkan yaitu berdakwah tentang pentingnya iman, latihan dengan cara membentuk majelis halaqah iman dan bersoa kepada Allah agar diberikan hakekat iman. 2. Shalat dengan khusyu dan khudhu’ yaitu shalat yang diiringin dengan penuh konsentrasi bathin dan merendahkan diri di hadapan Allah serta dilakukan sesuai dengan tuntunan Nabi Sifat ini bertujuan membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah yang ada dalam shalat ke dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendapatkan sifat ini perlu melakukan dakwah mengenai pentingnya shalat dengan khusyu, melakukan latihan dengan cara memperbaiki tertib zahirnya shalat mulai dari istinja’, wudhu, bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan dalam shalat, seterusnya menghadirkan keagungan Allah dalam hati ketika shalat. 3. Ilmu dengan zikir yaitu mengamalkan segala perintah Allah di setiap waktu dan keadaan dengan menghadirkan keagungan Allah dalam hati serta dilakukan sesuai dengan tuntunan Nabi Ilmu menurut gerakan ini terbagi menjadi dua yaitu ilmu fadha’il keutamaan amal dan ilmu masa’il hukum. Agar seseorang dapat memiliki ilmu fadha’il, maka hendaklah senantiasa berdakwah mengenai pentingnya ilmu fadha’il, melatih diri dengan memperbanyak halaqah ta’lim mengenai ilmu fadha’il, menghadirkan keutamaan amal dalam setiap amalan kemudian selalu berdoa kepada Allah. Adapun untuk memperoleh ilmu masa’il dilakukan dengan berdakwah akan pentingnya ilmu ini, latihan dengan cara sering duduk dalam halaqah ta’lim ilmu masa’il, bertanya kepada ulama tentang masalah dunia dan agama, berziarah kepada ulama dan senantiasa berdoa. Sedangkan untuk mebiasakan diri agar selalu zikir pada Allah maka perlu dilakukan dakwah tentang pentingnya zikir, latihan dengan cara konsisten membaca al-Qur’an setiap hari, zikir pagi dan petang, tasbih 100 kali sambil menghadirkan ke-Mahasuci-an Allah dalam hati, shalawat sebanyak 100 kali sambil menghadirkan perasaan betapa besar dan jasa Rasulullah kemudian istighfar sebanyak 100 kali sambil menghadirkan perasaan betapa banyak dosa-dosa kita dan betapa Allah Maha Pengampun, mengamalkan doa-doa masnunah dan adab-adabnya. 4. Memuliakan sesama Muslim ikramul Muslimin yaitu menunaikan hak-hak sesama saudara Muslim tanpa menuntut hak-hak kita dari mereka. Untuk mendapatkan sifat ini maka perlu dilakukan dakwah tentang pentingnya memuliakan sesama Muslim. Melakukan latihan dengan cara memuliakan ulama, menghormati orang yang lebih tua, menghargai yang seusia dan menyayangi yang lebih muda, memberi salam kepada orang yang dikenal maupun yang tak dikenal, bergaul dengan orang-orang yang berbeda watak serta berdoa. 5. Memperbaiki atau membetulkan niat tashihun niyyah yaitu membesihkan niat dalam setiap amal dari niat-niat lain kecuali hanya untuk mendapatkan ridha Allah Untuk memperoleh sifat ini harus dilakukan dakwah mengenai pentingnya ikhlas dan memperbaiki niat, melakukan latihan dengan melihat kembali niat kita sebelum beramal, ketika sedang beramal dan setelah beramal serta berdoa. 6. Dakwah dan Tabligh yang bertujuan memperbaiki diri yaitu dengan menggunakan harta dan diri sendiri sesuai dengan perintah Allah menghidupkan agama secara sempurna pada diri sendiri dan seluruh manusia dengan cara Rasulullah Untuk merealisasikan tujuan ini maka perlu dakwah mengenai pentingnya dakwah dan tabligh, melakukan latihan dengan keluar di jalan Allah minimal 4 bulan seumur hidup, 40 hari setiap tahun 3 hari setiap bulan dan jam setiap hari kemudian berdoa. Enam sifat inilah yang kemudian dikembangkan oleh Jamaah Tabligh ke dalam pola dakwah dengan karakteristik yang berbeda dengan gerakan-gerakan atau kelompok-kelompok mainstream lain dalam Islam. Jamaah Tabligh lebih banyak memfokuskan dakwah mengenai keutamaan ibadah iman dan amal. Kelompok ini juga cenderung menghindari diskusi fiqih dan akidah untuk mengelakkan perpecahan umat. Ketika mengadakan ta’lÄ«m kelompok ini berusaha sebisa mungkin duduk merapat kepada nara sumber serta duduk berdempet-dempetan dengan pendengar lain sambil menunduk. Kegiatan Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 11 ta’lim biasanya dilakukan setiap selesai shalat fardhu di mana mereka secara bergantian akan membaca kitab-kitab khusus yang menjadi pegangan mereka. Jika mereka bermalam di suatu masjid, mereka akan memberikan ta’lim kepada Jamaah shalat dengan menyampaikan hadits atau ayat al-Qur’ñn. Saat makan mereka berkumpul membentuk lingkaran mengelilingi talam dan mereka menggunakan tiga jari untuk menyuap nasi. Adab duduk tatakala makan adalah menduduki kaki kiri dan kaki kanan dalam posisi seperti jongkok. Mereka tidak pernah menyisakan apapun dalam piring mereka, meskipun itu sebutir nasi. Sebagian mereka hanya mempraktekkan cara makan ini tatkala di luar rumah, namun bila mereka berada di rumah mereka makan seperti umumnya orang lain makan, dengan lima jari atau menggunakan alat bantu makan, dan duduk bersila atau di atas kursi. Dalam perilaku sehari-hari membudayakan salam merupakan aktifitas yang selalu diutamakan oleh Jamaah Tabligh bukan saja terhadap sesama anggota tetapi juga terhadap sesama Muslim. Dalam berkomunikasi, Jamaah Tabligh selalu menghiasi tutur kata dengan kalimat-kalimat yang baik seperti Ma sya Allah, In sya Allah, subhanallah, Allahu Akbar, al-hamdu lillah. Mereka juga senantiasa bersikap tawadhu’, sopan dan menghargai pendapat orang lain. Dari segi penampilan, pengikut gerakan Jamaah Tabligh memiliki ciri khas yang mudah dikenali. Mereka biasanya memakai baju separas lutut yang sebenarnya merupakan pakaian khas masyarakat India yang dikenali dengan istilah Afghan cloths, bersorban, memakai celana di atas mata kaki. Mereka juga kerap menggunakan celak dan parfum bebas alkohol. Bagi para wanita pula mereka menutup seluruh anggota badan kecuali wajah dan telapak tangan dalam setiap aktivitas. Mereka senantiasa memakai sugi/siwak Ketika berjalan, golongan ini cenderung menundukkan kepala bagi menghindarkan pandangan mata yang membangkitkan syahwat. Karakteristik dakwah yang dimiliki oleh Jamaah Tabligh ini ternyata mampu menarik banyak orang untuk menyertai gerakan ini. Walaupun secara statistik sukar untuk memastikan jumlah anggota Jamaah Tabligh di Lombok, namun dapat dipastikan jumlah anggota gerakan ini senantiasa bertambah setiap tahun. Menurut salah satu responden, setiap malam Jumaat terdapat lebih dari orang yang ikut melakukan ijtima’ di masjid raya at-Taqwa Mataram. Jumlah ini cukup untuk menggambarkan betapa gerakan ini memiliki pengaruh yang cukup luas di kalangan masyarakat Muslim pulau Lombok. Secara umum metode dakwah yang diterapkan oleh Jamaah Tabligh dapat disimpulkan sebagai berikut 1 Metode tabsyÄ«r yaitu menyampaikan kabar gembira dalam bentuk keutamaan-keutamaan amal kebaikan. Dalam hal ini Jamaah Tabligh cenderung mengutip hadis-hadis yang membicarakan ganjaran pahala kebaikan dan surga. 2 Metode uswah/teladan yaitu dengan memberi contoh perilaku dan amalan Nabi baik dalam tutur kata, sikap dan perbuatan keseharian. 3 Metode TasykÄ«l yaitu Usaha untuk mengajak orang lain dengan memberikan pencerahan agar dapat meluangakan waktu di jalan Allah 4 Metode Jaulah door to door yaitu berkeliling menemui orang banyak dari rumah ke rumah agar taat kepada Allah. 5 Metode Ta’lÄ«m dan bayān yaitu majelis pencerahan untuk menjelaskan kelebihan-kelebihan amal dan tujuan menjalankan tabligh. C. Dampak Dakwah Jamaah Tabligh terhadap Pembangunan Masyakarat Muslim Melihat karakteristik dan metode dakwah yang dijalankan oleh Jamaah Tabligh, sukar untuk membayangkan kelompok dapat memainkan peranan yang lebih aktif dalam membangun masyarakat Muslim terutama dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Hal ini karena 1. Dasar pemikiran kelompok ini cenderung tertutup dan bersifat “tasauf amali” yang hanya tertumpu kepada iman dan fadhailul amal, sedangkan masyarakat Muslim Lombok belakangan ini cenderung bersifat terbuka terutama kaitannya dengan pemikiran-pemikiran keagamaaan. 2. Dari aspek politik, gerakan Jamaah Tabligh nampaknya juga sukar untuk memainkan peranan lebih jauh dalam membangun masyarakat Muslim karena gerakan ini sama sekali tidak memiliki ghirah politik bahkan cenderung menjaga jarak dengan dunia politik apalagi bicara tentang khilafah Islam. Sikap gerakan ini jauh berbeda dengan situasi perkembangan Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 12 politik di daerah-daerah termasuk pulau Lombok terutama setelah pemberlakuan otonomi daerah. 3. Begitu juga dari aspek ekonomi, doktrin-doktrin mengenai nilai-nilai ekonomi Islam di tengah-tengah serangan badai hedonisme, kapitalisme dan sosialisme tidak nampak sedikitpun dalam visi dakwah Jamaah Tabligh. Sementara pemerintah daerah pada hari ini sedang berupaya melakukan “Islamisasi” terhadap beberapa komponen ekonomi seperti keuangan dan pariwisata. 4. Dari aspek pelestarian adat pula, gerakan Jamaah Tabligh seakan-akan bersikap acuh tak acuh dengan adat budaya serta kearifan lokal yang ada pada masyarakat setempat. Misalnya dari segi berpakaian, kelompok ini lebih mengutamakan pakaian ala “Afghan clothes” di banding memakai batik apalagi pakaian adat. Sementara masyarakat Lombok adalah masyarakat “taat adat” yang senantiasa menjaga menjaga dan melindungi kelestarian adat. Namun demikian tidak bermakna bahwa gerakan ini tidak menancapkan pengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat. Justru dalam konteks masyarakat Lombok gerakan ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan spiritual tidak hanya di kalangan masyarakat kelas bawah tapi juga kelas menengah dan atas. Bahkan di kalangan elit masyarakat terutama pejabat tidak sedikit yang kebijakan-kebijakannya dipengaruhi oleh doktrin Jamaah Tabligh. Sebagai contoh H. L. Bakri seorang birokrat dan politisi yang pernah menjabat sebagai Plt. Bupati Kabupaten Lombok Utara pernah membuat suatu kebijakan khusus yang dinamakan Out Bond Spiritual OBS dengan mewajibkan para pejabat di lingkungan pemerintah daerah Kabubaten Lombok Utara untuk khuruj selama tiga hari ke masjid-masjid. Walaupun Jamaah Tabligh bersikap “anti” terhadap dunia politik namun gerakan ini telah mampu menanamkan doktrinnya kepada tokoh agama, pejabat dan politisi. Di samping itu, dari aspek ekonomi dan gaya hidup Jamaah Tabligh telah mampu merubah pola hidup yang hedonis menjadi religius. Dari beberapa pernyataan responden yang penulis temui mengakui bahwa setelah bergabung dengan Jamaah Tabligh mereka merasakan perubahan yang amat besar dalam kehidupan sehari-hari padahal hanya beberapa bulan mereka bergabung dalam jamaah ini namun mereka merasa memiliki kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Adapun dalam upaya melakukan Islamisasi terhadap sistem perekonomian nampaknya Jamaah Tabligh tidak memiliki upaya secara langsung ke arah itu. Berdasarkan analisa penulis, ada beberapa faktor mengapa dakwah ke arah Islamisasi ekonomi tidak dilakukan. Pertama, karena doktrin-doktrin yang menjadi landasan dakwah tidak sedikit pun menyentuh persoalan tersebut. Kedua, SDM di kalangan Jamaah Tabligh yang mengusai bidang ini sangat minim, karena berdasarkan strata pendidikan mayoritas masyarakat yang bergabung dengan gerakan ini berpendidikan SLTA ke bawah. Tetapi yang menarik adalah walaupun kelompok ini tidak mampu untuk memberi pengaruh terhadap Islamisasi ekonomi, ternyata mereka memilki ghirah yang kuat untuk mengetahui praktik-praktik ekonomi Islam serta berupaya untuk melepaskan diri dari praktik-praktik ekonomi yang bertentangan dengan Islam. Dari aspek sosial juga kehadiran Jamaah Tabligh setidaknya telah dapat mengurangi kejahatan di tengah-tengah masyarakat Lombok. Dari beberapa responden yang penulis temui terdapat beberapa di antaranya mengakui bahwa sebelum bergabung dengan Jamaah Tabligh mereka memiliki latar belakang kehidupan yang “gelap” ada di antara mereka yang pernah menjadi pencuri, perampok dan pecandu narkoba. Namun setelah bergabung dengan Jamaah Tabligh mereka merasakan perubahan yang amat besar dalam kehidupan mereka yang kini tidak lagi akrab dengan dunia gelap tapi justru menjadi pecinta ibadah. Di samping itu, gerakan Jamaah Tabligh juga telah mampu menghidupkan kembali suasana ibadah khususnya shalat berjamaah di beberapa masjid. Pengaruh ini sangat penting bagi masyarakat di pulau Lombok mengingat Lombok dikenal sebagai pulau seribu masjid. Berdasarkan pengamatan penulis, terdapat beberapa masjid di pulau Lombok yang sebelumnya “tidak hidup” dengan aktivitas ibadah kini menjadi “hidup” setelah dipengaruhi oleh Jamaah Tabligh seperti, Masjid di dusun Gelogor, desa Lendang Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 13 Nangka, Lombok Timur, Perampuan Lombok Barat, Sekotong, Genggelang Lombok Utara, dusun Lekok Lombok Utara dan lain-lain. Secara umum, terdapat beberapa pencapaian yang telah dihasilkan oleh gerakan Jamaah Tabligh dalam membangun masyarakat Muslim di Lombok antaranya 1 Keberhasilan Jamaah Tabligh mempengaruhi golongan elit terutama di kalangan pejabat memberi dampak yang cukup besar terhadap upaya membangun sistem pemerintahan yang “Islami” seperti yang terjadi di Kabupaten Lombok Utara. 2 Hedonisme yang menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan terutama golongan kelas menengah Masyarakat semakin berkurang. 3 Masyarakat semakin gemar melakukan amal ibadah terutama dalam melaksanakan Shalat berjamaah. 4 Peningkatan jumlah Jamaah mesjid sehingga semakin hari masjid semakin hidup makmur yang dengan sendirinya berdampak pada peningkatan ukhuwah islamiyah dan silaturahmi. 5 Suasana keislaman di masyarakat mulai hidup di mana tingkat kenakalan remaja semakin berkurang. 6 Semangat menggali pengetahuan keislaman semakin tinggi Penulis juga menemukan beberapa kesan negatif dari pergerakan tabligh antaranya ialah 1. Doktrin gerakan ini terlalu fokus kepada ibadah individual dan tidak begitu peduli dengan ibadah-ibadah sosial. 2. Menurut gerakan ini Islam dimaknai terlalu sederhana seolah-olah Islam tidak bicara tentang ekonomi, politik dan kekuasaan. 3. Pengabaian terhadap kehidupan keluarga terutama isteri dan anak-anak yang ditinggalkan dakwah. Penulis telah menemukan beberapa kasus terkait pengabaian terhadap keluarga dengan menemui salah seorang isteri seorang anggota Jamaah Tabligh di Rembiga, Mataram yang menyampaikan keluh kesahnya karena dia dan anak-anaknya ditinggal oleh suami berdakwah tanpa memberikan nafkah selama berbulan-bulan. Bahkan si isteri tersebut mengancam untuk menggugat cerai suaminya. 4. Penulis menilai bahwa kasus seperti ini tidak terjadi secara kebetulan dan bukan kasus pengecualian yang harus diabaikan. Kasus meninggalkan anak isteri di rumah tanpa memberi nafkah memiliki justifikasi yang kuat bagi kalangan Jamaah Tabligh antaranya a Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya dan anaknya Nabi Ismail di tengah gurun dimana Allah-lah yang mencukupi rizkinya, b Isteri yang ditinggal dirumah oleh suami yang sedang berdakwah tidak seberapa penderitaannya dibanding ketika berada di alam kubur sendiri. c Kepergian suami berdakwah di jalan Allah jauh lebih besar manfaatnya daripada pergi meninggalkan rumah untuk melakukan maksiat. Justifikasi seperti inilah yang kadang membuat isteri harus rela ditinggal suaminya berbulan-bulan untuk berdakwah walaupun menjalani hidup tanpa nafkah. Respon Masyarakat Kehadiran Jamaah Tabligh yang mengembangkan doktrin berbeda dengan kelompok-kelompok mainstream di pulau Lombok tentu menimbulkan respon dan tanggapan yang beragam dari masyarakat. Secara umum penulis dapat membagi respon tersebut ke dalam tiga kategori 1. Menolak Kelompok yang menolak gerakan Jamaah Tabligh ini menilai bahwa Jamaah Tabligh meruakan pelaku bidaah karena menggunakan hadis-hadis dhaif dalam beramal. Bahkan gerakan ini juga dianggap sesat dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Selain karena alasan di atas, Jamaah Tabligh juga di anggap sebagai kelompok yang sering menelantarkan keluarga terutama istri dan anak-anak di rumah. 2. Menerima dan bergabung. Kelompok yang tertarik dengan dakwah Jamaah Tabligh bahkan terlibat secara langsung dengan program-program yang diadakan oleh kelompok ini serta ikut serta dalam kegiatan dakwah. Mereka yang menerima aktif ini dapat dikategorikan dalam tiga latar belakang a Golongan yang memang sudah menjalankan ibadah Islam dengan baik namun kemudian merasakan kelezatan iman yang lebih tinggi saat mengikuti kegiatan dakwah Jamaah Tabligh. b Golongan yang masih labil pelaksanaan ajaran Islam yang kemudian termotivasi karena selama pergaulannya dengan anggota Jamaah Tabligh mengalami peningkatan keislaman dan keimanan. c Golongan yang sama sekali tidak Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 14 mengamalkan ibadah atau ajaran Islam dan bahkan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam yang kemudian selama pergaulan dengan anggota Jamaah Tabligh mengalami pencerahan spiritual. 3. Menerima tapi tidak mau bergabung. Kelompok masyarakat yang merasa nyaman dengan kehadiran Jamaah Tabligh bahkan selalu hadir dalam setiap kegiatan yang diadakan namun tidak ikut serta dalam berdakwah. 4. Acuh tak acuh. Ini adalah golongan yang baginya ada atau tidak Jamaah Tabligh di daerahnya dia tidak ambil pusing, tidak menolak dan tidak menerima, dan tidak memberikan komentar dan respon apapun. V. Kesimpulan Demikianlah gambaran ringkas mengenai profil, doktrin dan pengaruh Jamaah Tabligh terhadap pembangunan masyakat Muslim di pulau Lombok. Menurut pandangan penulis, Jamaah Tabligh merupakan gerakan yang sejalan dengan doktrin ahlus Sunnah Wal-Jamaah hanya saja ajarannya tidak menyeluruh dan tidak komperhensip. Ini karena gerakan ini tidak memberi penekenan terhadap persoalan politik, ekonomi dan sosial. Bahkan ketika persoalan ini ditanyakan kepada responden mereka menjawab dengan jawaban yang hampir sama yaitu Rasulullah s. a. w. tidak pernah berpolitik dan tidak terlibat dengan pemilu atau pilkada. Begitu tentang persoalan mengenai sistem ekonomi, perundang-undangan dan tata negara mereka menjawab bahwa ketika seseorang sudah memiliki iman dan amal yang kuat maka dengan sendirinya segala bentuk perintah dan larangan Allah akan ditaati oleh mereka yang benar-benar yakin dengan Allah dan hari Kiamat. Namun demikian, dari aspek amalan dan akhlak, Jamaah Tabligh memiliki militansi yang amat tinggi terutama dalam menjalankan ibadah shalat berjamaah. Demikian pula dengan akhlak ketika berdakwah, mereka tidak mengenal kata bosan, bahkan mereka sanggup membalas cacian dari orang-orang yang tidak suka dengan kehadiran mereka dengan senyuman dan penuh kerelaan. Inilah yang menjadi daya pemikat kelompok ini sehingga tidak sedikit dari masyarakat berbagai kalangan yang ikut bergabung. Pengaruh yang ditanamkan oleh gerakan ini terhadap masyarakat Muslim di pulau Lombok tidak lah kecil terutama dalam membangun moral dan spiritual. Beberapa masjid yang pada awalnya sunyi kini menjadi hidup, individu yang pada awalnya hidup dalam dunia gelap kini telah kembali menemukan jati dirinya. Inilah contoh-contoh pencapaian yang dihasilkan oleh gerakan Jamaah Tabligh dalam membangun moral dan spritual masyarakat. Tetapi walaupun usaha ke arah pemantapan iman dan amal yang dilakukan oleh kelompok ini memiliki kekuatan tersendiri untuk mendorong kekuatan akidah. Namun, dalam konteks hari ini penulis menganggap kelompok ini perlu menganalisa kembali doktrin-doktrin yang dianut agar dapat memberikan kontribusi yang lebih luas lagi dalam skop dan perspektif masa kini. Oleh karena itu penulis menyarankan agar Jamaah Tabligh sebaiknya tidak hanya fokus kepada kajian-kajian hadis dan al-Qur’an secara literal saja, tapi hendaklah diperluas lagi skop dan cakupannya dengan mengkaji sumber-sumber sekunder lainnya yang dihasilkan oleh para ulama yang memahami tentang kandungan al-Qur’an dan Sunnah. Misalnya kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadis, atau kitab-kitab yang mengusung tema-tema kontemporer yang sejalan dengan pemikiran Islam. Sumber-sumber seperti ini harus lah disebar di tengah masyarakat dengan mengusung tema-tema yang dapat memberi kontribusi ke arah pemantapan akidah dalam segala aspek. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 15 DAFTAR PUSTAKA Al- Qur’an dan Terjemah. Abu Syadi. Syeikh Ayman. Nadzarah ilmiyyah di ahlit tabligh wad da’wah, Maktabah al-Majallat al-Arabiy Cairo. Aziz, Muhammad Ali. 2009. Ilmu Dakwah. JakartaKencana. Azra, Azyumardi [ Ensiklopedi Islam Jilid 1, Jakarta ichtiar Baru Van Hoeve, 1996. Anshari, Furqan Ahmad. 2000. Pedoman Bertabligh Bagi Ummat Islam. Yogyakarta Ash-Shaff. Benda harry J. et al Penyt.. 1974. Islam di Indonesia Sepintas Lalu Tentang Beberapa Segi. Jakarta Tintamas Indonesia. Darussalam dkk. 2011. Dakwah Jemaah Tabligh, Salatiga, STAIN Salatiga, 2011. Esposito John L. Islam dan Pembangunan terj. Sahat Simamora. 1992. Cetakan ke-2. Jakarta PT. Rineka Cipta. Haekal, Muammad Husain. 1982. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta Tintamas. Hakim, Abdul, 2003. Sudahkah Anda Mengenali Jama’ah Tabligh?, Jakarta Darul Qolam. Jurjis. 2001. Perilaku Berdakwah Jamaah Tabligh. Proposal. Makassar Pascasarjana Universitas Negeri Makassar. Krishnamurthi, Y. Bayu. 1994. Metode Penulisan Sosial Ekonomi. Jakarta Dirgutiswa Dirjen Pendidikan Tinggi. Leeman. Albert. 1989. Internal and external factor of socio-cultural and socio-economic dynamic in Lombok, Zurich Universitat Zurich. Manshur, Maulana Muhammad. 2000. Masturah Usaha Dakwah di Kalangan Wanita. Bandung Pustaka Ramadhan. Mahbub ul Haq .1995. Reflection of Human developement. New York. Oxford of University Press. Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi. 2006. Himpunan Fadhailul A’mal, terj. Abdurrahman Ahmad, Yogyakarta As-Shaf. Maulana Sayid Muhammad Syahid, 2003, Menjawab kritikan atas kitab Fadhailul A’mal, Bandung Pustaka Dai. Maulana Wahiduddin Khan, Tabligh Movement, New Delhi The Islamic Center, 1997 Moleong, Lexy J. 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT Remaja Rosdakarya. Mulkhan, Abdul Munir. 2000. Neosufisme dan Pudarnya Fundamentalisme di Pedesaan. Yogyakarta UII Press. Mani’ bin Hammad al-Jahni, Al Mausuah al Muyassarah fil Adyan wal Madzahib wal Ahzab al Muashirah, Riyadl Darun Nadwah al Alamiyah, 1418 H Rusdi Muhtar. Teknik Penulisan Ilmiah Bidang IPS Modul Diklat Fungsional Penulis Tingkat Pertama. Cibinong Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Penulis Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. 2007 Syeikh Mulana Muhammad Yusuf al-kandahlawi yang disusun kembali oleh Maulana Muhammad Saad al-Kandahlawi, 2006. Muntakhab Ahadits Dalil-dalil pilihan enam sifat utama, Yogyakarta As-Shaf. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 16 Sayyid Abul Hasan Ali Nadwi, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana Muhammad Ilyas Asshaf, 1999, Suprayitno, Aktivitas Jamaah Tablgih Di Medan Dalam Transformasi Nilai-Nilai Agama Islam Pusat Penulisan IAIN Sumatera Utara Medan 25 Juni 2007. Suparta, Munzir, dan Hajani Hefni, ed. Metode Dakwah. Jakarta Kencana 2006. Yunus, Mahmud dan Muhammad Qasim Bakry. 1930. Al-QāmĆ«s al-Zahabiy. Mesir Al Mathba’ah Al-Rahmaniyah. ... In the village of Nizamuddin, India, the Tablighi Jamaat has a mosque as a tabligh center surrounded by four guardian graves. From there, the Da'wah of the Tablighi Jamaat spread to Pakistan, Bangladesh, and East Asian countries worldwide Abdillah, 2018. In Indonesia, the entry of the Tablighi Jamaat consists of several versions. ...... From the cultural aspect, cultural rituals shown through practice and clothing illustrate that the Lombok people, besides being religious, are also very obedient to customs and culture. The obedience of the Lombok people in this culture can be seen in various aspects, including religion Abdillah, 2018. ...Irpan IrpanThe purpose of the study was to determine the driving factors for the acceptance process of the Lombok Muslim community towards the da'wah of the Tablighi Jamaat. This is based on the reality of da'wah, which shows a movement against the activism of transnational da'wah movements. The research was conducted through a qualitative approach—data collection techniques through participant observation, unstructured interviews, and documentation. Data analysis follows the stages of the Miles, Huberman, and Saldana interactive model. The study's results stated that the acceptance of the Lombok Muslim community towards the Tablighi Jamaat was due to the good social interaction between the Tablighi Jamaat community and the Lombok Muslim community. Including strengthening teachings, namely the importance of reviving the sunnah of the prophet, conveying greetings, the essence of brotherhood, the urgency of praying in congregation, and turning on the knowledge assembly. The da'wah approach is carried out through distance or friendship and the attitude of glorifying others Ikram. The communication used is empathic and persuasive. The implication of the research shows that all levels of society can reasonably respond to da'wah politely and with a noble purpose. In addition, at a particular stage, the mindset and behavior of the community can be formed in carrying out Amar makruf nahi munkar.... Pada tahun 1954 Jamaah Tabligh sudah mengalami kemajuan, dan pada tahun 1970 sudah menyebar diberbagai wilayah Indonesia sampai sekarang. Penyebaran jamaah tabligh di Indoneisa pada awalnya hanya berbentuk satu syura, kemudian seiring waktu berpecah dalam dua kubu 1 Kubu Cecep Firdaus bermarkas di Kebun Jeruk; 2 kubu Muslihuddin Jafar yang bertempat di Madjis al-Muttaqin Ancol Abdillah, 2018. ...Mawardi MawardiHadis merupakan ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat Rasulullah Saw. Dalam Islam, hadis mempunyai peran penting sebagai norma dalam membentuk hokum. Social, dan budaya. Oleh karena posisinya yang sangat menentukan setelah AlQuran, semua umat Islam berupaya menjadikan hadis sebagai legalitas tindakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk menjadikan hadis sebagai legalitas ideology keagamaan. Kajian ini focus pada hadis dikalangan jamaah tabligh dengan menelaah dari proses pembentukan hokum hingga legaltas ideologis. Persoalan penting dalam kajian ini, bagaimana jamaah tabligh memahami hadis untuk diterapkan dalam kehidupannya? Dan bagaimana penginternalisasi hadis dalam menegosiasikan social jamaah dengan norma-norma yang dijelaskan dalam hadis? Dari kajian ini didapakan bahwa jamaah tabligh menjadikan hadis sebagai Sunnah yang hidup dalam keseharian. Penggunaan pakaian gamis merupakan bentuk nyata dari upaya menghidupkan Sunnah. Dalam hal ini, telihat bahwa proses penginterasian terlihat kreativitas jamaah terhadap model pakaian yang digunakan... "Sacrifice" As Form of DakwahHarifuddin Halim 1 , Ahmad Usman 2 , Asmirah 3 , Muhammad Masdar 4 56 There are many studies on Jamaah Tabligh groups in various perspectives, such as research by Kurniati and Harifuddin on Jamaah Tabligh Da'wah Communication Abidin & Halim, 2019. Abdillah's research Abdillah, 2018 about the influence of the preaching of the tabligh congregation in development in Lombok, research by Ikbar, et al on the social cohesiveness of the Tabligh Jamaah group in Malang City Ikbar et al., 2019. However, research on the application of the concept of sacrifice in this group has not been done and it is interesting to explore and study. ...Harifuddin HalimAhmad UsmanAsmirah AsmirahMuhammad MasdarThis study aims to reveal the forms of sacrifice as a model of preaching carried out by members of the Tabligh group. They do this as a manifestation of their belief in the Islamic religion that they profess. This study used a quantitative method with a survey approach to the Tablighi group. This approach is appropriate in expressing one focus of study, namely sacrifice as a model for group da'wah. The data was collected using a questionnaire to 25 members of the Tabligh group related to the 'sacrifice' da'wah model they carried out. The results showed the form of sacrifice as a model of da'wah in their beliefs in the form of sacrifice of time, sacrifice of work, sacrifice of family, sacrifice of wealth, sacrifice of self, and sacrifice of feelings. They think all of these things are material that must be sacrificed to get a reward from Allah SWT.... Research on the elements of value education in the Tablighi Jamaat group as the substance of its mission Halim, 2011. Research on the influence of the Da'wah of the Tablighi Jamaat on the development of the Muslim community which reveals the success of its da'wah in changing the behavior of thugs into morals Abdillah, 2018. Based on these studies, it can be explained that the Tablighi Jamaat group has a good impact on Muslims, especially in improving behavior to become more moral. ... Harifuddin HarifuddinRasyidah ZainuddinMuhammad MasdarThis study aims to describe student perceptions regarding the model of the Tablighi Jamaat. To achieve this, this study uses a quantitative descriptive method with a survey approach. The population of this study was 500 students of the Faculty of Social and Political Sciences, Bosowa University, and the sample was determined to be 60 using quota sampling technique. The data collection technique used a research instrument with a Likert Scale technique. The data analysis technique used is frequency tabulation with percentage technique. The results showed as follows 1 The perception of FISIP students at the University of Bosowa towards the Da'wah model of the Tablighi Jamaat group was categorized as 'bad/low'. 2 The effectiveness of the da'wah model was classified as poor/low. The conclusion of this study is that the da'wah model of this group is bad, so it is suggested that this group should change their da'wah model and adapt to the current socio-cultural KarimThis paper aims to find out the practice of khuruj fi sabilillah as a Sufism movement run by Jamaah Tabligh and to know the style of the khuruj fi sabilillah movement from the perspective of the Islamic renewal movement in the city of Palembang. This research is field research with primary data sources from observation, interviews, and documentation. Meanwhile, in data analysis techniques, the authors use the method proposed by Miles and Huberman. This study found that the tablighi congregation presented a new typology in the Islamic renewal movement moderate radicalism with a Sufistic nuance. This study also found new facts, namely three periods of movement; the introduction period 1965-1985, consolidation period 1985-1992, and expansion period 1992-present. The teachings of Sufism carried out by Jama'ah Tabligh are believing in and realizing the essence of the sentence of thayyibah, khusyu' and khudu' prayers, knowledge, and remembrance, glorifying Muslims, improving intentions, and da'wah ilallah. This research is expected to make an academic contribution to the treasures of Islamic science, especially in the field of Sufism. It is expected to be able to enlighten the public about the Sufism movement or khuruj fi sabilillah, which the Tablighi Jamaat runs. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui praktik khuruj fi sabilillah sebagai gerakan sufisme yang dijalankan oleh Jamaah Tabligh serta mengetahui corak gerakan khuruj fi sabilillah perspektif gerakan pembaharuan Islam di kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan sumber data primer yang dihasilkan dari proses observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam teknik analisis data, penulis meggunakan metode yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Penelitian ini menemukan bahwa jama’ah tabligh menampilkan tipologi baru dalam gerakan pembaharuan Islam, yaitu radikalisme-moderat yang bernuansa sufistik. Penelitian ini juga menemukan fakta baru, yaitu tiga periodisasi gerakan; periode perkenalan 1965-1985, periode konsolidasi 1985-1992, dan periode ekspansi 1992-sampai sekarang. Adapun ajaran tasawuf yang dijalankan oleh Jama’ah tabligh ialah meyakini dan mewujudkan hakikat kalimat thayyibah, salat khusyu’ dan khudu’, ilmu dan zikir, memuliakan umat muslim, memberbaiki niat, dan dakwah ilallah. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis bagi khazanah ilmu keislaman khususnya di bidang ilmu tasawuf serta diharapkan mampu memberi pencerahan kepada masyarakat tentang gerakan sufisme atau khuruj fi sabilillah yang dijalankan oleh Jamaah Wahiduddin KhanMaulana Wahiduddin Khan, Tabligh Movement, New Delhi The Islamic Center, 1997Muhammad AzizAliAziz, Muhammad Ali. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta DkkDarussalam dkk. 2011. Dakwah Jemaah Tabligh, Salatiga, STAIN Salatiga, dan Pembangunan terj. Sahat Simamora. 1992. Cetakan ke-2L Esposito JohnEsposito John L. Islam dan Pembangunan terj. Sahat Simamora. 1992. Cetakan ke-2. Jakarta PT. Rineka Anda Mengenali Jama'ah Tabligh?Abdul HakimHakim, Abdul, 2003. Sudahkah Anda Mengenali Jama'ah Tabligh?, Jakarta Darul Penulisan Sosial Ekonomi. Jakarta Dirgutiswa Dirjen Pendidikan TinggiY KrishnamurthiBayuKrishnamurthi, Y. Bayu. 1994. Metode Penulisan Sosial Ekonomi. Jakarta Dirgutiswa Dirjen Pendidikan and external factor of socio-cultural and socio-economic dynamic in LombokLeemanAlbertLeeman. Albert. 1989. Internal and external factor of socio-cultural and socio-economic dynamic in Lombok, Zurich Universitat Usaha Dakwah di Kalangan WanitaMaulana ManshurMuhammadManshur, Maulana Muhammad. 2000. Masturah Usaha Dakwah di Kalangan Wanita. Bandung Pustaka of Human developementHaq Mahbub UlMahbub ul Reflection of Human developement. New York. Oxford of University Penelitian KualitatifLexy J MoleongMoleong, Lexy J. 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT Remaja Rosdakarya. ArticlePDF AvailableAbstractThe Jamaah Tabligh is a very unique group in their da’wah efforts involving each member of the group. This study aims to find out how the cohesiveness of such a group by studying the Jamaah Tabligh in Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. The theory used in this study is the theory of Groupthink by focusing on the concept of cohesiveness. This study used a descriptive qualitative method. Data collection techniques were carried out using structured interviews on five members of the Tabligh Jamaah and participatory observation. The results showed a high level of individual cohesiveness within the Jamaah Tabligh group measured by four dimensions of cohesiveness including social strength, unity in groups, attractiveness and group collaboration. The cohesiveness was based on the similarity of purpose in da'wah. This cohesiveness has indicated the symptoms of groupthink that appeared in deliberation for decision making in the group. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 258 KOHESIVITAS PADA KELOMPOK JAMAAH TABLIGH Ikbar, Febri Nurrahmi, Hamdani M. Syam Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Syiah Kuala Email Ikbalcayung Abstrak Kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat unik dengan metode dakwah yang mereka lakukan yang melibatkan setiap anggota kelompok tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kohesivitas kelompok pada anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Groupthink dengan menggunakan konsep kohesivitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur terhadap lima orang anggota Jamaah Tabligh dan observasi partisipatif. Hasil penelitian menunjukkan kohesivitas pada kelompok ini tergolong tinggi dilihat dari empat dimensi kohesivitas, yaitu kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik dan kerja sama kelompok. Kohesivitas kelompok didasari adanya kesamaan tujuan dalam dakwah. Kohesivitas ini mengindikasikan gejala groupthink yang tampak dalam musyawarah untuk pengambilan keputusan dalam kelompok. Kata Kunci Kelompok, Kohesivitas, Jamaah Tabligh Abstract The Jamaah Tabligh is a very unique group in their da’wah efforts involving each member of the group. This study aims to find out how the cohesiveness of such a group by studying the Jamaah Tabligh in Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. The theory used in this study is the theory of Groupthink by focusing on the concept of cohesiveness. This study used a descriptive qualitative method. Data collection techniques were carried out using structured interviews on five members of the Tabligh Jamaah and participatory observation. The results showed a high level of individual cohesiveness within the Jamaah Tabligh group measured by four dimensions of cohesiveness including social strength, unity in groups, attractiveness and group collaboration. The cohesiveness was based on the similarity of purpose in da'wah. This cohesiveness has indicated the symptoms of groupthink that appeared in deliberation for decision making in the group. Keywords Group, Cohesiveness, Jamaah Tabligh Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 259 Pendahuluan Dewasa ini dakwah yang terus berkembang di dalam kehidupan masyarakat menghadirkan berbagai macam metode ijtihad dalam berdakwah yang dipopulerkan oleh banyak kelompok. Salah satunya adalah kelompok Jamaah Tabligh Supriyatno, 2017. Dalam dunia dakwah, Jamaah Tabligh banyak mengalami hambatan dan rintangan yang baik fisik ataupun mental. Di sisi lain, Jamaah Tabligh dipandang negatif karena dianggap melalaikan tugas keluarga. Karena metode dakwahnya yang berbeda dengan kelompok dakwah lainnya, Jamaah Tabligh sering kali dianggap sesat oleh masyarakat awam. Bahkan ada anggota Jamaah Tabligh yang sempat mengalami pengusiran dan ditolak oleh masyarakat Rahman, 2017. Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang berasal dari India. Jamaah Tabligh mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1952, tapi baru mulai berkembang pada tahun 1974 di wilayah Kebon Jeruk, tepatnya di Mesjid Jamik Kebon Jerok Zulfakar dalam Aulia, 2017, p. 27. Jamaah Tabligh telah berkembang di Indonesia yang mempunyai banyak pengikutnya yang tersebar di berbagai kota atau daerah, salah satunya Aceh. Di Aceh, Jamaah Tabligh sudah dikenal sejak tahun 1980. Pada tahun 2000, Montasik ditetapkan sebagai markas besar seluruh Aceh yang amirnya adalah Tengku Raudhi Mahdi dalam AuliaAulia, 2017, p. 28. Saat ini, pusat dakwah Jamaah Tabligh berada di desa Cot Goh yaitu sebuah desa di kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh besar. Hasil penelitian Aulia 2017 pada kelompok Jamaah Tabligh di Cot Goh, Aceh Besar, menunjukkan bahwa aktivitas Jamaah Tabligh tersebut berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist sehingga tidak terdapat kejanggalan ataupun hal-hal yang melenceng dari ajaran Islam. Di Desa Cot Goh ini, sistem koordinasi Jamaah Tabligh dijalankan untuk seluruh jamaah di Aceh. Pada setiap malam Jumat diadakan pertemuan yang dihadiri oleh anggota Jamaah Tabligh. Pertemuan itu disebut dengan uzlah, yakni pengasingan diri untuk beribadah kepada Allah dan belajar ilmu agama. Pelaksanaan ajaran agama, terutama dalam hal ibadah, sangat ditekankan kepada jamaahnya. Salah satu aktivitas dakwah yang dilakukan oleh jamaah adalah khuruj. Khuruj merupakan aktivitas jamaah yang dilakukan di luar lingkungan aslinya untuk berdakwah dan menebarkan ajaran Islam sebagaimana yang mereka yakini Sadiqin dalam Nisa, Husaini, dan Taher, 2017, p. 67. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 260 Konsep khuruj yang dilakukan bersama-sama menyebabkan tingginya intensitas komunikasi terjalin dan kohesivitas dalam kelompok ini. Muliawan 2013 dalam studinya tentang komunikasi kelompok pada The Jakmania UNJ menemukan bahwa komunikasi yang baik dan intensif yang dilakukan di antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan kohesivitas kelompok. Kohesivitas tersebut terlihat dari kekompakan dan solidaritas yang terjalin di antara para anggota kelompok Muliawan, 2013. Kohesivitas merujuk pada keadaan saling suka dan ketertarikan di kalangan anggota di mana anggota bersatu dan punya keinginan untuk menjaga hubungan yang positif, dan ada perasaan esprit de corps Littlejhon dan Foss, 2016, p. 2009. Ruben dan Stewart 2013 mengatakan bahwa keterpaduan kelompok adalah kesatuan di mana anggota-anggota memperoleh semangat tim dan berkomitmen kepada kesejahteraan kelompok. Kohesi berasal dari sikap, nilai dan pola perilaku kelompok-kelompok di mana anggota-anggotanya saling tertarik dengan sikap, nilai dan perilaku anggota lainnya cenderung dapat dikatakan kohesif West dan Turner, 2008. Dalam konteks ini, kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok dakwah yang di dalam kegiatan dakwah sehari-hari mereka sering terlibat interaksi satu sama lain, seperti khidmat terhadap muslim, makan bersama, belajar bersama, dan ibadah bersama. Hal ini merupakan rasa kebersamaan sekaligus mengindikasikan tingginya kohesivitas dalam kelompok tersebut. Kohesivitas yang tinggi menjadi anteseden groupthink dalam suatu kelompok. Janis 1982 mengatakan bahwa ada tiga kondisi yang mendorong munculnya groupthink, yakni kohesivitas kelompok, faktor struktural, dan tekanan kelompok dalam West dan Turner, 2008. Groupthink menunjukkan suatu metode berpikir sekelompok orang yang kohesif solid untuk mencapai kata mufakat. Fenomena tersebut yang dijelaskan dalam teori groupthink oleh Irving Janis berusaha memaparkan keinginan suatu kelompok untuk mencari persetujuan dan mengambil keputusan yang sering kali mengabaikan pemikiran minoritas dan pandangan dari anggota yang berbeda pendapat demi pengambilan keputusan secara mayoritas Mulyana, 2005. Groupthink merupakan salah satu teori komunikasi yang diasosiasikan dengan dinamika komunikasi kelompok. Teori groupthink mencoba mengemukakan tentang rendahnya kepedulian anggota kelompok untuk menilai ide-ide alternatif dari para anggota selain ide mayoritas West dan Turner, 2008. Kelompok yang sangat kohesif biasanya terlalu banyak menyimpan atau menginvestasikan energi untuk memelihara niat Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 261 Kohesivitas Kelompok Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar Dimensi Kohesivitas ‱ Kekuatan sosial ‱ Kesatuan dalam kelompok ‱ Daya tarik ‱ Kerja sama kelompok baik dalam kelompok sehingga sering mengorbankan proses pembuatan keputusan yang baik Rakhmat, 2015. Dengan kata lain, anggota kelompok sering mengabaikan hal-hal yang ada di pikiran mereka demi menghindari konflik dan menyerahkan semua keputusan pada keinginan mayoritas, meskipun bertentangan. Pada studi ini, peneliti menggunakan teori Groupthink dengan fokus pada konsep kohesivitas sebagai anteseden dalam perilaku kelompok Groupthink. Semakin kuat kohesivitas semakin tinggi kecenderungan munculnya groupthink. Menurut Forsyth 1999, dimensi kohesivitas kelompok adalah kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik dan kerja sama kelompok dalam Syahlendra, 2018. Penelitian tentang Jamah Tabligh sudah dilakukan sebelumnya Hasanah, 2014; Mustofa, 2016; Najmudin, 2015; Rahman, 2017; Sari, 2015; Supriyatno, 2017; Tarmizi., 2016. Sementara itu, penelitian tentang Jamaah Tabligh di Aceh belum banyak dilakukan Aulia, 2017; Nisa et al., 2017. Semua penelitian terdahulu lebih menekankan pada aktivitas dakwah Jamaah Tabligh, serta respons masyarakat terhadap kelompok Jamaah Tabligh. Belum ada penelitian mengenai Jamaah Tabligh yang melihat dinamika komunikasi pada kelompok tersebut. Oleh karena itu, studi ini ingin untuk menggambarkan kohesivitas kelompok yang terjadi pada anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Lamme Garot Aceh Besar. Dengan menggunakan teori groupthink, hasil penelitian ini mampu berkontribusi pada kajian komunikasi kelompok. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 262 Metode Penelitian Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sasaran utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh. Subjek penelitian ini yaitu anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi partisipan. Menurut Kriyantono 2006 mengatakan, pada teknik semi struktur pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan. Sementara untuk teknik observasi, penelitia melakukan observasi partisipan dalam kategori pasif. Maksudnya peneliti terlibat langsung dalam keseharian objek penelitian yang sedang diamati, akan tetapi peneliti tidak sepenuhnya terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Informan penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan memilih berdasarkan ciri-ciri spesifik yang dimiliki sampel Taher, 2009. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan informan atau subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Anggota yang masih aktif dalam kelompok Jamaah Tabligh Gampong Lamme Garot. 2. Anggota yang pernah mengikuti khuruj selama 3 hari, dengan pertimbangan akan adanya interaksi yang sering bersama ketika khuruj. 3. Anggota Jamaah Tabligh yang sudah bergabung minimal 1 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti mendapatkan lima informan untuk dijadikan subjek penelitian. Tabel 1. Profil Informan Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 263 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka hasil penelitian dianalisis berdasarkan empat dimensi kohesivitas, yaitu kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik kelompok, dan kerja sama kelompok. Berikut merupakan deskripsi hasil penelitian berdasarkan keempat dimensi kohesivitas pada kelompok Jamaah Tabligh. Kekuatan Sosial Faktor yang membuat anggota Jamaah Tabligh kohesif adalah dorongan untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang dimaksud berasal dari diri sendiri dan anggota kelompok yang lainnya. Dorongan ini dapat dirasakan apabila individu memiliki alasan kuat dalam dirinya sendiri untuk berada di kelompok tersebut, sedangkan dorongan yang dihasilkan oleh sesama anggota kelompok dapat dirasakan apabila individu memiliki peran ataupun mendapat penilaian yang baik dan dirasa dapat memberikan efek yang positif pada kelompoknya Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Dorongan-dorongan inilah yang menghasilkan sebuah kekuatan yang dinamakan kekuatan sosial. Pertama, adanya dorongan dari dalam dirinya. Dorongan itu kebanyakan datang dari dalam diri informan dengan tujuan bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh ini untuk meningkatkan iman. “Dorongan saya karna perasaan iman yang naik turun, karna semangat dalam agama harus dimulai dengan iman. Maka salah satunya cara untuk menaikkan iman maka bergabung dengan Jamaah Tabligh. Adalah keinginan untuk mengamalkan agama secara sempurna.” Rahmat Risky, wawancara, 12, Februari 2019 Alasan yang kedua yang disampaikan oleh informan yang membuat solid kelompok ini adalah dorongan berupa apresiasi yang didapat oleh setiap anggota kelompok dalam pembagian peran dan tugas. “Kadang-kadang kita jadi makmum dan kadang kadang kita menjadi amir, ini tidak satu ketentuan karena jamaah ini berjalan menurut hasil musyawarah, kalo kita diputuskan menjadi amir ketua dan kadang kita juga diputuskan untuk jadi anggota.”M. Mukhlis, wawancara, wawancara, 18 Februari, 2018 Kesatuan dalam Kelompok Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. Setiap individu dalam kelompok merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim dan komunitasnya serta Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 264 memiliki perasaan kebersamaan Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Perasaan saling memiliki dalam kelompok juga disampaikan oleh informan. Informan merasa kelompok Jamaah Tabligh ini merupakan tanggung jawab bersama untuk dijaga. “Saya merasa bahwa saya bertanggung jawab kepada kelompok ini karna mereka adalah keluarga yang dari kelompok ini yang awal mula saya coba berubah untuk ikut andil dalam menyebarkan dakwah.” Teuku Gufran, wawancara, 20 Februari, 2019 Di tahap kekompakan ini, kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat solid dalam berdakwah. Kekompakan ini dapat kita lihat dari cara mereka berdakwah secara berjamaah. Di samping itu, hampir semua kegiatan yang dilakukan kelompok Jamaah Tabligh secara berjamaah, seperti jaulah, musyawarah, makan berjamaah, khidmad, dan identitas mereka menunjukkan kekompakan mereka. Kelompok ini tidak bicara perkara khilafiyah, politik yang dapat memecah belah kelompok dan menjadi beda pandangan dalam berdakwah. Selain itu, kelompok Jamaah Tabligh menjaga anggota mereka dari pembicaraan politik dalam aktivitas dakwah. “Kelompok Jamaah Tabligh ini sangat luar biasa kompaknya karna kelompok ini tidak bicara masalah dunia, jabatan, khilafiyah, perbedaan pendapat. Kita hanya bicara hanya penting iman dan amal saleh, ajak orang untuk taat pada Allah, bicara tentang tauhid, tentang ibadah mengagungkan Allah dan rasulNya, maka tidak lari dari pada itu insyallah kelompok ini kompak sampai hari kiamat.” M. Mukhlis, wawancara, 18 Februari 2018 “Kekompakan yang ada dalam kelompok ini tentu sangat kuat, seperti kita bisa lihat bahwa kelompok ini sangat mengutamakan ukhuwah dan mengutamakan dakwah dengan lemah lembut. Sehingga banyak preman-preman yang taubat sebab dakwah kelompok ini. Kekompakannya seperti ketika berdakwah selalu dimualai dengan musyawarah, kemudian kekompakan dalam kelompok ini adalah khidmad kepada seluruh umat Islam. Kita makan selalu berjamaah dalam satu wadah seperti contoh makan nabi, tahajud bersama, dakwah bersama, dan silaturrahim kepada setiap anggota kelompok lainnya.” Maulidin, wawancara, Maret 2019 Kesatuan dalam kelompok Jamaah Tabligh ini juga sangat kuat. Berdasarkan pengakuan informan, kesatuan dalam kelompok tersebut ditunjukkan dengan loyalitas yang kuat dari anggota kelompok Jamaah Tabligh ini. “Loyalitas kepada kelompok Jamaah Tabligh ini sangat-sangat besar. Bisa dikatakan loyalitas saya dalam kelompok ini bahwasanya tugas saya dalam Jamaah Tabligh ini adalah tugas sampai mati bahkan niat sampai hari kiamat. Bisa dikatakan dakwah maksud hidup, hidup untuk dakwah, dakwah sampai mati dan mati dalam dakwah itulah maksudnya dalam kelompok Jamaah Tabligh.” T. Armansyah, wawancara, 26 Februari 2019 Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 265 Daya Tarik Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri daripada melihat dari anggotanya secara spesifik. Maksudnya di sini adalah individu akan melihat kelompoknya secara luas atau secara general dibandingkan melihat anggota di dalam kelompoknya tersebut secara spesifik. Kelompok dengan tingkat kohesivitas yang tinggi akan lebih mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri dibandingkan dengan ego pribadi ataupun ego anggota kelompoknya secara spesifik Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018. Keluarga bagi kelompok Jamaah Tabligh juga merupakan prioritas, namun mereka juga selalu memberikan pemahaman kepada keluarganya bahwa usaha dakwah ini adalah menuju kebahagiaan yang sejati. Maka dakwah ini berjalan juga bergantung pada iman, jika iman turun maka saat itu semangat dakwah anggota Jamaah Tabligh tersebut lemah. “Kalo masalah ini biasanya ini masalah iman, apabila iman kita meningkat lebih tinggi maka kita tentu akan lebih memilih berdakwah daripada urusan dunia walaupun keluarga. Tapi apabila iman kita melemah acara keluarga kadang-kadang masalah keluarga ini urusan dunia jadi pasti hati kita, bisikan-bisikan banyak pasti kita akan memilih urusan keluarga dahulu, tergantung pada iman nantinya dan apabila urusan keluarga ini harus menaati ibu maka pastilah dahulukan ibu dulu dari pada berdakwah.” T. Armansyah, wawancara, 26 Februari 2019 Ketertarikan anggota Jamaah Tabligh untuk bergabung dalam kelompok ini bukan karena individu. Menurut mereka watak setiap individu itu berbeda-beda, jadi mereka lebih tertarik pada kelompoknya secara luas dan tertarik pada tugas yang ada pada kelompok ini yaitu dakwah. Bagi mereka kelompok Jamaah Tabligh ini yang membuat hidup mereka bahagia. “Saya sangat tertarik pada kelompoknya karna dalam kelompok ini tidak pernah berbicara tentang pangkat jabatan, tidak pernah bicara politik praktis dalam luar negeri, dan aib masyarakat . Kelompok ini lebih fokus pada mewujudkan agama secara sempurna yang telah ditunjukkan oleh rasullah dalam diri pribadi, keluarga dan seluruh umat. Sehingga menyebabkan tidak ada benturan-benturan dengan kelompok mana pun dan organisasi mana pun. Karna yang dibicarakan asas pada agama yaitu kehidupan Nabi Muhammad.” Rahmat Risky, wawancara, 12 Februari 2018 Ketika ada suatu masalah terjadi dalam kelompok, maka anggota kelompok Jamaah Tabligh akan cenderung melihat hal itu pada individu anggotanya. Menurut mereka ketika ada masalah yang ditunjukkan kepada kelompok Jamaah Tabligh ini maka mereka menganggap bahwa dari segi individunya yang perlu dilihat terlebih dahulu. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 266 “Saya lebih melihat kepada individu, begitulah adab-adab usul ataupun aturan yang tidak tertulis. Dan aturan itu sama dengan Jamaah Tabligh seluruh dunia, adapun ketika ada yang salah maka tidak salah aturannya, yang salah bukan kelompoknya karna kelompoknya sudah mengatur sedemikian rupa agar tertib dakwah yang diajarkan oleh Rasulullah itu dijalankan dengan baik. Ketika tidak dijalankan maka bukan tertibnya yang salah tapi anggotanya yang salah karna belum mempraktikkannya dalam usaha dakwah yang dia lakukan.” Rahmat Risky, wawancara,12, Februari 2018 Kerja Sama Kelompok Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok. Pada tingkat kohesi yang tinggi, keinginan setiap anggota kelompok untuk bekerja sama dengan sesamanya berada pada tahap yang tinggi pula, tujuan kelompok tersebut menjadi prioritas utama bagi para anggota kelompoknya Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Dalam suatu kelompok yang memiliki kohesivitas yang kuat tentu juga memiliki kerja sama yang solid dalam kelompok tersebut. Bagi mereka kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat kompak dalam usaha dakwah. “Dalam kelompok ini, banyak hal-hal yang dapat meningkatkan keakraban seperti itu, seringnya kita jaulah, lalu seringnya kita iktikaf dan seringnya kita khuruj di situ kita diajarkan bagaimana kita khidmad, kita di situ juga terangkul dengan makan bersama atau disebut tajammu’ dan juga kita di situ tidur sama-sama di mesjid. Karna frekuensi kebersamaan udah sering, sama-sama belajar dan sama-sama iktikaf di mesjid maka hal-hal tersebut yang meningkatkan keakraban dari kita semua.” Teuku Gufran, wawancara, 20 Februari 2019 Berdasarkan analisis terhadap empat dimensi kohesivitas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kohesivitas pada kelompok Jamah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar tergolong tinggi. Kohesivitas dilihat dari keakraban dalam kelompok Jamaah Tabligh. Elemen pertama yang menjadi tolok ukur kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh adalah kekuatan sosial. Ketika mereka sudah mengatakan bahwasanya dengan mengikuti kelompok Jamaah Tabligh ini adalah untuk mengamalkan agama secara sempurna, dikarenakan iman yang naik turun tiap harinya maka mereka menjaganya dengan cara bergabung dalam kelompok Jamaah Tabligh agar selalu taat dalam dakwah untuk menjaga iman. Dorongan untuk bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh itu murni datang dari dalam diri setiap anggota untuk memperbaiki kondisi iman yang naik turun. Informan penelitian ini awal mulanya bukan seorang yang taat beragama. Namun setalah bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh maka timbul semangat dalam Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 267 beragama yang menggebu-gebu, itu bisa dilihat dari perubahan cara berpakaiannya yang drastis, kalau sebelum bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh masih memakai kaos dan setelah bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh informan tersebut selalu menggunakan jubah. Tujuan utama mereka bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh ini adalah untuk dakwah agama khususnya bagi dirinya sendiri dan kemudian kepada umat Islam keseluruhan. Dalam setiap dakwah, mereka selalu diingatkan untuk selalu memperbaharui niat karena Allah semata sebagai tujuan dari dakwah yang mereka lakukan. Ketika mereka diberikan tugas oleh amir dakwah ke suatu tempat maka mereka akan mematuhi perintah tersebut. Ketika mereka berdakwah ke suatu daerah yang terpencil maka mereka juga akan diberikan apresiasi berupa pengakuan oleh anggota kelompoknya sebagai pejuang agama Allah yang tangguh. Menurut pengamatan peneliti, anggota-anggota yang bersungguh-sungguh dalam usaha dakwah sangat diapresiasi. Elemen kedua yaitu kesatuan dalam kelompok. Menurut penjelasan dari pada informan, mereka sangat bertanggung jawab dalam amanah menyebarkan dakwah ini. Bahkan kelompok Jamaah Tabligh ini sudah dianggap sebagai keluarga dunia dan akhirat bagi setiap anggota. Kelompok Jamaah Tabligh sangat kompak dan terhindar dari perbedaan pendapat antar sesama anggotanya dikarenakan dalam kelompok Jamaah Tabligh ini dilarang berbicara masalah politik dan khilafiyah dalam dakwah. Informan sangat loyal terhadap kelompok Jamaah Tabligh ini, bahkan tujuan mereka dalam dakwah Jamaah Tabligh ini adalah tugas yang akan dipegang sampai mati oleh setiap anggota. Elemen ketiga adalah daya tarik yang ada pada setiap anggota pada kelompok Jamaah Tabligh. Informan dalam penelitian ini lebih memilih urusan dalam kelompok Jamaah Tabligh daripada urusan keluarga yang tidak penting kecuali urusan keluarga itu menyangkut dengan maksiat kepada Allah seperti taat kepada orang tua, maka taat kepada orang tua merupakan bagian dari jihad dalam berdakwah. Informan lebih tertarik melihat kelompok Jamaah Tabligh ini secara keseluruhan dibanding hanya melihat pada personal anggotanya. Alasannya karena mereka cenderung kepada kekompakan kelompok dibanding memilih untuk melihat pada personal anggota kelompok. Ketika terjadi masalah maka mereka akan melihat pada individu kelompoknya apakah sudah mengikuti aturan kelompok, maka kelompok Jamaah Tabligh sangat menekankan pada kekompakan dan persatuan dalam kelompok. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 268 Elemen keempat dalam kohesivitas yaitu kerja sama dalam kelompok. Kerja sama yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh ini sangat erat dikarenakan mereka selalu berdakwah secara bersama. Informan dalam penelitian ini menyebutkan banyak kerja sama dalam kelompok Jamaah Tabligh salah satunya adalah dakwah, dan yang paling membuat akrab yaitu ketika khidmat dalam kelompok seperti saling bantu-membantu dalam dakwah, makan bersama, tidur bersama dan memerhatikan anggota kelompok yang sedang berjamaah keluar negeri selama empat bulan dengan memberikan makan dan menjenguk untuk memberikan kebahagiaan. Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan, yaitu dengan observasi partisipatif bahwa setelah peneliti mengamati kelompok Jamaah Tabligh dan menemukan ada beberapa aktivitas dari kelompok Jamaah Tabligh yang dapat menimbulkan kohesivitas pada kelompok. Adapun beberapa kegiatan tersebut adalah seperti makan berjamaah dalam satu talam atau tempat makan tanpa jijik sedikit pun, kemudian saling memijat badan ketika selesai dakwah untuk menghilangkan kelelahan antar sesama anggota Jamaah Tabligh, dan musyawarah dalam kegiatan dakwah. Berdasarkan hasil observasi peneliti maka kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh sangat padu. Ditinjau dari segi komunikasi maka kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh ini merupakan bentuk komunikasi kelompok di mana di dalamnya ada interaksi tatap muka antara tiga atau lebih, dengan tujuan yang sudah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya yang lain secara cepat Burgon dalam Wiryanto., 2005. Hal yang menarik dari penelitian ini adalah temuan bahwa kesamaan visi serta kecintaan dalam dakwah menjadi faktor penentu tingginya kohesivitas dalam kelompok Jamah Tabligh tersebut. Hal ini sejalan dengan McShane dan Von Glinow 2003 yang menyebutkan bahwa faktor kesamaan mempengaruhi tingkat kohesivitas di dalam suatu kelompok. Dalam konteks ini, agama khususnya keinginan untuk berdakwah menjadi kesamaan antar anggota kelompok Jamaah Tabligh Syahlendra, 2018, pp. 39-40. Akan tetapi, kohesivitas yang terjalin dalam kelompok ini menunjukkan gejala groupthink. Gejala groupthink muncul terlihat di lingkup para anggota presidium ketika melakukan kegiatan-kegiatan untuk proses pengambilan keputusan, khususnya pada saat musyawarah. Para anggota kelompok cenderung mencari mufakat dalam pengambilan keputusan. Sehingga antar anggota Jamaah Tabligh cenderung malu dan takut Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 269 mengeluarkan pendapat mereka karena takut tidak diterima oleh pemimpin. Hasil penelitian ini sejalan dengan asumsi teori Groupthink dalam West dan Turner, 2008 bahwa kohesivitas kelompok yang tinggi akan mengarah pada groupthink di mana anggota kelompok cenderung untuk mencapai kata mufakat adanya kebulatan suara saat merumuskan satu keputusan di dalam kelompok sehingga mengabaikan pendapat alternatif dari anggota kelompok. Penutup Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa adanya kohesivitas yang tinggi dalam kelompok Jamaah Tabligh yang membuat kelompok ini semakin kompak dan akrab dalam berdakwah. Kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh di ukur dari empat dimensi kohesivitas, yaitu kesatuan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik, dan kerja sama kelompok. Kohesivitas kelompok tersebut didasari oleh kesamaaan untuk berdakwah secara bersama-sama hingga mati. Anggota Jamaah Tabligh ini menganggap bahwa dakwah adalah tujuan hidup sehingga mereka disatukan dalam usaha dakwah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh mengarah pada gejala groupthink yang terlihat pada saat musyawarah untuk pengambilan keputusan. Daftar Pustaka Aulia, M. 2017. Jamaah Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot Goh, Aceh Besar. Thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh. Retrieved from Hasanah, U. 2014. Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan Reaksi Masyarakat Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan Pengaruh. Jurnal Indo-Islamika, 41, 21-44. Kriyantono, R. 2006. Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta PT. Kencana Perdana. Littlejhon, S. W., & Foss, K. A. 2016. Ensiklopedia Teori Komunikasi. Jakarta Kencana. McShane, S., & Von Glinow, M. 2003. Organizational Behaviour. America McGraw Hill. Muliawan, T. 2013. Komunikasi Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. Thesis, Universitas Sultan Ageng Tritayasa, Serang. Retrieved from Mulyana, D. 2005. Ilmu komunikasi Suatu pengantar. Bandung PT. Rosda Karya. Mustofa, M. B. 2016. Gerakan Dakwah Jamaah Tabligh dikalangan Wanita dalam pebinaan keluarga Muslim di Kota Bandar Lampung. Thesis, Institut Agama Islam Negri Raden Intan Lampung, Lampung. Retrieved from Najmudin, M. 2015. Strategi Jama‟ah Tabligh untuk Mempertahankan Eksistensinya atas Respon dari Globalisasi di Inggris. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta. Retrieved from Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 270 Nisa, K., Husaini, & Taher, A. 2017. Perkembangan Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, 21. Rahman, A. 2017. Pengaruh Metode Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap Peningkatan Shalat Berjamaah Anggotanya Di Kasomberang Pacci’nongan Kabupaten Gowa. Skripsi, UIN Alauddin Makassar, Makassar. Retrieved from Rakhmat, J. 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda Karya. Ruben, B. D., & Stewart, L. 2013. Komunikasi dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo Persada. Sari, N. 2015. Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh di Palembang. Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang. Retrieved from Supriyatno, E. 2017. Jamaah Tabligh Yogyakarta 19188-2014 studi sejarah dan aktivitas keagamaan. Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Retrieved from Syahlendra, R. 2018. Gejala Grouphink Pada Organisasi Mahasiswa Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Gejala Groupthink Pada anggota Presidium Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU. Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara. Retrieved from Taher, A. 2009. Metode Penelitian Sosial. Banda Aceh Syiah Kuala University Press. Tarmizi. 2016. Metode Dakwah Jamaah Tabligh dalam meningkatkan Silaturrahmi dengan Masyarakat. Skripsi, Universitas Islam Negri Sultan Syarief Kasim, Riau. West, R., & Turner, H. L. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta Salemba Humanika. Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta PT. Grasindo Anggota IKAPI. ... Kata jamaah tabligh dimaknakan sebagai "kelompoj penyampai". Dalam Bahasa Urdu di sebutkan dengan istilah â€«ŰŹÙ…Ű§ŰčŰȘ‬ ‫ŰȘŰšÙ„ÙŠŰș‬ dalam Bahasa Arab disebutkan â€«Ű§Ù„ŰȘŰšÙ„ÙŠŰș‬ ‫,ŰŹÙ…Ű§Űč۩‏ kemudian mereka juga dikenal dengan kelompok pendakwah yang tidak hanya melakukan secara mimbar juga secara social Ikbar et al., 2019. ...Mawardi MawardiHadis merupakan ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat Rasulullah Saw. Dalam Islam, hadis mempunyai peran penting sebagai norma dalam membentuk hokum. Social, dan budaya. Oleh karena posisinya yang sangat menentukan setelah AlQuran, semua umat Islam berupaya menjadikan hadis sebagai legalitas tindakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk menjadikan hadis sebagai legalitas ideology keagamaan. Kajian ini focus pada hadis dikalangan jamaah tabligh dengan menelaah dari proses pembentukan hokum hingga legaltas ideologis. Persoalan penting dalam kajian ini, bagaimana jamaah tabligh memahami hadis untuk diterapkan dalam kehidupannya? Dan bagaimana penginternalisasi hadis dalam menegosiasikan social jamaah dengan norma-norma yang dijelaskan dalam hadis? Dari kajian ini didapakan bahwa jamaah tabligh menjadikan hadis sebagai Sunnah yang hidup dalam keseharian. Penggunaan pakaian gamis merupakan bentuk nyata dari upaya menghidupkan Sunnah. Dalam hal ini, telihat bahwa proses penginterasian terlihat kreativitas jamaah terhadap model pakaian yang digunakan... "Sacrifice" As Form of DakwahHarifuddin Halim 1 , Ahmad Usman 2 , Asmirah 3 , Muhammad Masdar 4 56 There are many studies on Jamaah Tabligh groups in various perspectives, such as research by Kurniati and Harifuddin on Jamaah Tabligh Da'wah Communication Abidin & Halim, 2019. Abdillah's research Abdillah, 2018 about the influence of the preaching of the tabligh congregation in development in Lombok, research by Ikbar, et al on the social cohesiveness of the Tabligh Jamaah group in Malang City Ikbar et al., 2019. However, research on the application of the concept of sacrifice in this group has not been done and it is interesting to explore and study. ...Harifuddin HalimAhmad UsmanAsmirah AsmirahMuhammad MasdarThis study aims to reveal the forms of sacrifice as a model of preaching carried out by members of the Tabligh group. They do this as a manifestation of their belief in the Islamic religion that they profess. This study used a quantitative method with a survey approach to the Tablighi group. This approach is appropriate in expressing one focus of study, namely sacrifice as a model for group da'wah. The data was collected using a questionnaire to 25 members of the Tabligh group related to the 'sacrifice' da'wah model they carried out. The results showed the form of sacrifice as a model of da'wah in their beliefs in the form of sacrifice of time, sacrifice of work, sacrifice of family, sacrifice of wealth, sacrifice of self, and sacrifice of feelings. They think all of these things are material that must be sacrificed to get a reward from Allah SWT.... Pada tingkatan kohesi yang tinggi, keinginan daripada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama dengan teman kelompoknya berada pada tahapan yang tinggi juga, sehingga tujuan kelompok tersebut menjadi prioritas utama bagi para anggota kelompok. Tentu jika dalam suatu kelompok mempunyai tingkat kohesivitas yang kuat, maka sudah barang tentu juga memiliki kerja sama yang solid dalam kelompok tersebut Ikbar et al., 2019. Kohesivitas kelompok mahasiswa yang bermukim diperkotaan dapat dilihat dari organisasi yang mereka ikuti, baik itu organisasi internal kampus maupun eksternal kampus seperti organisasi perkumpulan mahasiswa perantau. ...Murniati Mohammad SalehudinThis study aimed to find out how the cohesive profile of student groups living in urban areas is. This research uses a qualitative approach to literature Library Research, namely by collecting data related to the theme of the research problem using Google Scholar and set 24 journal articles as data sources, then analyzed with descriptive qualitative. The results of the study found that the mobility of people moving to the city was unavoidable. It was the movement of students to continue their higher education in urban areas, approaching the college campus while students were studying. Group cohesiveness is an essential part for students who live in urban areas. Students are expected to be able to establish interactions between their fellow groups in order to achieve the group's goals. The cohesiveness of student groups living in urban areas can be seen from the organizations they participate in, both internal and external campus organizations. The level of cohesiveness will significantly affect organizational commitment. It depends on how far the group's goals are similar to the organization. Group cohesiveness is established through interactions in the form of good communication between group members. The existence of mutual liking and having a sense of mutual interest will make the group ÂAbdul KarimThis paper aims to find out the practice of khuruj fi sabilillah as a Sufism movement run by Jamaah Tabligh and to know the style of the khuruj fi sabilillah movement from the perspective of the Islamic renewal movement in the city of Palembang. This research is field research with primary data sources from observation, interviews, and documentation. Meanwhile, in data analysis techniques, the authors use the method proposed by Miles and Huberman. This study found that the tablighi congregation presented a new typology in the Islamic renewal movement moderate radicalism with a Sufistic nuance. This study also found new facts, namely three periods of movement; the introduction period 1965-1985, consolidation period 1985-1992, and expansion period 1992-present. The teachings of Sufism carried out by Jama'ah Tabligh are believing in and realizing the essence of the sentence of thayyibah, khusyu' and khudu' prayers, knowledge, and remembrance, glorifying Muslims, improving intentions, and da'wah ilallah. This research is expected to make an academic contribution to the treasures of Islamic science, especially in the field of Sufism. It is expected to be able to enlighten the public about the Sufism movement or khuruj fi sabilillah, which the Tablighi Jamaat runs. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui praktik khuruj fi sabilillah sebagai gerakan sufisme yang dijalankan oleh Jamaah Tabligh serta mengetahui corak gerakan khuruj fi sabilillah perspektif gerakan pembaharuan Islam di kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan sumber data primer yang dihasilkan dari proses observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam teknik analisis data, penulis meggunakan metode yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Penelitian ini menemukan bahwa jama’ah tabligh menampilkan tipologi baru dalam gerakan pembaharuan Islam, yaitu radikalisme-moderat yang bernuansa sufistik. Penelitian ini juga menemukan fakta baru, yaitu tiga periodisasi gerakan; periode perkenalan 1965-1985, periode konsolidasi 1985-1992, dan periode ekspansi 1992-sampai sekarang. Adapun ajaran tasawuf yang dijalankan oleh Jama’ah tabligh ialah meyakini dan mewujudkan hakikat kalimat thayyibah, salat khusyu’ dan khudu’, ilmu dan zikir, memuliakan umat muslim, memberbaiki niat, dan dakwah ilallah. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis bagi khazanah ilmu keislaman khususnya di bidang ilmu tasawuf serta diharapkan mampu memberi pencerahan kepada masyarakat tentang gerakan sufisme atau khuruj fi sabilillah yang dijalankan oleh Jamaah EndariyantonoEffy Wardati MaryamThis study aims to identify and provide an explanation of the description of group cohesiveness in the Sidoarjo mangan community. This research method is descriptive quantitative with the subject of volunteer members in the Sidoarjo mangan community, totaling 138 people. Determination of the subject using a saturated sampling technique. Saturated sampling technique is a sampling technique when all members of the population are used. The variable in this study is group cohesiveness. The data collection in this study used a psychological preparation scale, namely the Likert scale for the group cohesiveness variable made by the researcher. Analysis of the data in this study using the help of SPSS forum windows and Microsoft Excel. The results of data analysis showed that volunteer members of the Sidoarjo mangan community had group cohesiveness in the medium category with a percentage value of which means that volunteer members were able to bring about group cohesiveness when they were in the Sidoarjo mangan community. Abrar AbrarCovid-19 pandemic, which struck the world globally and rapidly, has caused significant fatalities. The government has implemented strict health protocols to suppress the spread of coronavirus. The reckless attitude of Tablighi Jamaat to hold “ijtima” amidst the massive spread of the virus is considered as an anomaly in preventing the Covid-19 pandemic and contradicts with the Fatwa of MUI Indonesian Ulama Council No. 14 of 2020 regarding the Implementation of Worship during Covid-19 Condition. This paper aims to find out the attitude of Tablighi Jamaat toward pandemic from the perspective of ឍarĆ«rah Naáș“ariyyat al-ᾌarĆ«rah theory by Wahbah al-Zuáž„aylÄ«. The writer gives a critical note of the arguments expressed by the Tablighi Jamaat and trying to show a more enlightening reconstruction of the fiqh Islamic law paradigm. The results of the study show that Tablighi Jamaat is a religious group that does not care about Covid-19. This attitude was triggered by the assumption that the existence of coronavirus is still in doubt. The doubt generates the understanding of fiqh that has not considered the corona issues as the udhr category, which allows rukháčŁah and abort the original law aáș“Ä«mah, either in mashaqqah or ឍarĆ«rah. The article assumes that the religious group’s narration that ignored the Covid-19 gives its members the feeling of peace and comfort, but it is counter-productive with the attempt to prevent the spread of Covid-19. It is necessary to reconstruct the fiqh paradigm to bring together science and religion, which is marked by the application of religious reasoning and sciences at the same time. Arianto AriantoThe purpose of this study was to understand the cohesiveness of the da'wah communication of veiled women in the guidance of Islamic teachings. It closely relates the perception of cohesiveness to the sensation component of the collectivity of group members. For example, communication, collectivity, cooperation, common goals, and interdependence of group members. The research method used is descriptive qualitative, case study research type. The subject of the study were 6 female informants, representatives of Hasanuddin University students who wore a veil in their daily life. The collected data were analyzed inductively. The result that the cohesiveness of veiled women's dakwah communication includes aspects of interpersonal communication cohesiveness, commitment cohesiveness, and cohesiveness aspects of achieving common goals. This aspect of cohesiveness focuses his life on life after death. This also makes them have a strong, cooperative, and sincere character together. The cohesiveness of da'wah communication to continually learn with Islam. It veils the research implication of the cohesiveness of women on equality for preaching, da'wah is the purpose of life so it unites them in da'wah penelitian ini adalah untuk memahami kohesifitas komunikasi dakwah kelompok wanita bercadar dalam tuntunan ajaran Islam. Persepsi kohesifias sangat terkait dengan komponen sensasi kolektifitas anggota kelompok. Seperti, komunikasi, kolektifitas, kerjasama, tujuan bersama, dan saling ketergantungan anggota kelompok. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, tipe penelitian studi kasus case study. Subjek penelitian wanita bercadar sebanyak 6 informan, representatif mahasiswi Universitas Hasanuddin yang mengenakan cadar dalam keseharian. Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis secara induktif. Hasil penelitian bahwa kohesivitas komunikasi dakwah wanita bercadar meliputi aspek kohesifitas berkomunikasi interpersonal, aspek kohesifitas berkomitmen, dan aspek kohesifitas pencapaian tujuan bersama. Aspek kohesifitas ini memfokuskan kehidupannya untuk kehidupan sesudah mati. Hal ini juga menjadikan mereka memiliki karakter bersama yang kuat, bekerjsama, dan ikhlas. Kohesifitas komunikasi dakwah dalam upaya keinginan belajar bersama Islam secara terus menerus. Impilikasi penelitian kohesifitas wanita bercadar pada kesamaaan untuk berdakwah, dakwah adalah tujuan hidup sehingga mereka disatukan dalam usaha Bisri MustofaSince the emergence of the Transnational Da'wah Movement such as the TablighiJama'at, it has created contradictions about the Law of Providing both birth and mentalityto the family left in the Khuruj fii sabilillah program Exiting the Way of Allah to preachthe ummah from house to house, mosque to mosque, inviting listen to Muslims religiouslectures and invite to pray in congregation in the mosque. From the development ofJama'ah Tabligh's missionary movement in Indonesia, this movement has experiencedquite rapid development. Not only is the movement that has a strong community, it ismarked by the presence of da'wah markers da'wah centers in each of the Provinces andDistricts of the City. But in the development of the da'wah movement there are severalthings that become contradictions in the family, in this case the provision of income forchildren and wives who are left behind when their head of household implements Khurujfii sabilillah for 3 days, 40 days and 4 months. Therefore, this paper takes the theme of theLaw of Livelihood Against Families in the Tabligh Jama Da'wah Movement in acomprehensive HasanahJamaah Tabligh is a transnational preaching movement that originated in India. The movement was introduced to Indonesia in 1970s and established Masjid Jami’ in Kebon Jeruk Jakarta as its headquarters. The members of Jamaah Tabligh referred to kitab Fadailul A’mal which teaches innovations in Islamic propagations. Some of their preaching traditions included outdoor preaching khuruj dan khillah and the method to invite people to do good deeds Jaulah. They have Amir as their leader and use the mosque as their center of da’wa activities. Using Diffusion of Information and Influence Theory, the article discusses the existence of the Jamaah Tabligh community and the public’s responses toward the Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot GohM AuliaAulia, M. 2017. Jamaah Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot Goh, Aceh Besar. Thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh. Retrieved from McshaneM Von GlinowMcShane, S., & Von Glinow, M. 2003. Organizational Behaviour. America McGraw Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. ThesisT MuliawanMuliawan, T. 2013. Komunikasi Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. Thesis, Universitas Sultan Ageng Tritayasa, Serang. Retrieved from komunikasi Suatu pengantarD MulyanaMulyana, D. 2005. Ilmu komunikasi Suatu pengantar. Bandung PT. Rosda Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh BesarK NisaHusainiA TaherNisa, K., Husaini, & Taher, A. 2017. Perkembangan Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, 21.Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda KaryaJ RakhmatRakhmat, J. 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo PersadaB D RubenL StewartRuben, B. D., & Stewart, L. 2013. Komunikasi dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo Islam Negeri Raden PatahN SariSari, N. 2015. Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh di Palembang. Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang. Retrieved from Inilah kesesatan jamaah tabligh, kalimat rahasia jamaah tabligh dalam berdakwah, antara kenyataan dan pengakuan. "KALIMAT RAHASIA JAMA’AH TABLIGH" Inilah Kesesatan Jamaah Tabligh 1 - Sudah ma’lum bahwa jama’ah tabligh disingkat JT memiliki 6 dasar atau rukun dakwah, yang di atas 6 rukun inilah para pengikut JT dibai’at dan diatas rukun inilah dilaksanakan dakwah JT, barangsiapa yang keluar dari 6 rukun ini maka dia dianggap keluar dari JT. Enam rukun itu adalah Kalimat thayyibah, yaitu Laa ilaha illallah, Muhammadarrasulullah. Menegakkan shalat Menuntut ilmu dan dzikir Memulyakan kaum muslimin Ikhlas Keluar di jalan Allah Khuruj fi sabilillah Pembahasan 6 rukun JT ini bisa dibaca di dalam buku saya “Menguak Kesesatan Jama’ah Tabligh" MKJT dari halaman 13-43. Didalam mendakwahkan 6 rukun ini, JT memiliki jurus kalimat rahasia sehingga dengan jurus ini mereka mampu menjerumuskan banyak manusia ke dalam kesesatan JT. Apa kalimat rahasia itu? Kalimat rahasia itu adalah “SEGALA SESUATU YANG MENYEBABKAN MANUSIA LARI, YANG MENYEBABKAN MANUSIA BERPECAH BELAH, ATAU BERSELISIH DI ANTARA DUA ORANG, MAKA HARUS DITINGGALKAN KARENA MERUPAKAN PENGHALANG DAKWAH JT, PEMUTUS DAKWAH JT, PENGHANCUR DAKWAH JT.” Maka dengan prinsip inilah dakwah JT bisa berkembang pesat di seluruh dunia melalui bid’ah khuruj model JT. Contoh pelaksanaan kalimat rahasia JT dapat kita lihat ketika para da’i JT sedang berdakwah, padahal mereka belum waktunya berdakwah. Maka setiap da’i JT dibekali supaya memegangi kalimat rahasia ini. Ketika orang JT mau membahas rukun pertama dari rukun 6 rukun JT, mereka juga harus menerapkan 6 jurus ini. Sudah maklum di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah bahwa kalimat tauhid, yaitu kalimat Laa ilaaha illaallah itu mengandung tiga macam tauhid, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Asma’ was Sifat. Apabila da’i Ahlussunnah membahas kalimat tauhid ini maka mereka membahas dan menyampaikan semua tiga macam tauhid tadi, sehingga jelas dihadapan kaum muslimin siapa ahli tauhid yang sebenarnya dan siapa ahli syirik yang sebenarnya. Hal ini sangat berbeda dengan kelompok JT ketika membahas hanya kepada tauhid Rububiyyah saja, karena ini relatif aman dari munculnya perselisihan dan perpecahan. Sedangkan pembahasan Tauhid Uluhiyyah, maka ini tidak boleh dibahas karena di sana ada Salafy yang sangat anti pada kesyirikan. Salafy yang tidak membolehkan untuk mengadakan Syaddurihal perjalanan safar/bepergian ke kuburan, tidak boleh thawwaf di kuburan, tidak boleh bertawassul dan istighatsah kepada orang sholih yang sudah mati, sementara selain Salafy mereka membolehkan. Maka JT tidak berani membahas Tauhid Uluhiyyah ini karena menyebabkan perselisihan dan perpecahan. JT juga tidak berani membahas tauhid yang ketiga, yaitu Tauhid Asma’ was Sifat karena di sana ada sekian golongan atau kelompok yang berbeda yang tidak bisa dipertemukan, ada kelompok Asy’ariyah, ada kelompok Maturidiyah, ada kelompok Jahmiyah, ada kelompok Hululiyyah ajaran Phanteisme, menyatunya Allah dengan makhluk atau Wihdatul Wujud -dalam bahasa Jawa- dikenal dengan ungkapan Manunggaling Kawulo lan Gusti. Belum lagi disana ada kelompok Salafy yang menentang semua kelompok diatas sehingga JT tidak berani mambahas masalah tauhid ini karena akan menimbulkan perselisihan dan perpecahan. Demikian juga ketika JT mau mambahas rukun lainnya , rukun ilmu misalnya maka jurus kalimat rahasia ini wajib dipegangi. JT membagi ilmu itu menjadi dua, yaitu ILMU FADHA'IL dan ILMU MASA’IL ilmu fiqih. Ilmu yang pertama yakni Ilmu Fadha'il atau yang lebih dikenal dikalangan mereka Fadhilah 'Amal dianggap lebih aman untuk membahasnya dari timbulnya perselisihan dan perpecahan. Sementara Ilmu Masa’il sangat sarat timbulnya perselisihan dan perpecahan -menurut mereka- karena mereka mendahulukan khuruj daripada thalabul ilmi mencari ilmu. Maka orang JT tidak berani membahas ilmu masa’il dan masalah ilmu masa’il ilmu fiqih ini diserahkan kepada Ulama’ negeri wilayah tersebut. Orang JT cukup dengan ilmu Fadha'il saja. Dan begitu seterusnya, yaitu semua wajib dihindari. Sungguh kalimat rahasia JT ini sangat bertentangan dengan prinsip dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Konsekuensinya, seorang da’i JT harus bisa bermuka banyak dengan mendiamkan kesyirikan yang ada di hadapannya, mendiamkan kebid’ahan dan kesesatan yang ada di hadapannya. Bahkan JT juga menjadi penolong dari perbuatan kemungkaran "Ketika ada orang yang merokok, mereka malah membelikan; ketika ada yang mabuk, mereka malah menyiapkan gelasnya; dan ketika ada orang yang mencukur jenggotnya, mereka yang menyiapkan siletnya pisau cukur. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman “Dan janganlah kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” 42 Adapun da’i Salafy Ahlussunnah Wal Jama’ah, dia menerangkan kepada umat Islam bahaya-bahaya kesyirikan, macam-macamnya, menyeru kepada umat untuk menjauhi syirik dan pelakunya sehingga menjadi jelas dan terang di hadapan umat antara syirik dan tauhid, antara ahli syirik dan ahli tauhid. Da’i Salafy Ahlussunnah Wal Jama’ah juga menerangkan kepada umat bahaya-bahaya bid’ah, macam-macam bid’ah, dan siapa yang disebut ahli bid’ah. Diterangkan kepada umat pentingnya mempelajari dan mengamalkan sunnah, sehingga dengan itu jelaslah di hadapan umat siapa ahli bid’ah dan siapa ahli sunnah, yang keduanya berbeda dan tidak bisa disatukan. Da’i Salafy juga menerangkan kepada umat bahaya perbuatan mungkar dan maksiat dan bahaya tidak ditegakkannya amar ma’ruf nahi mungkar diringkas dari kitab Al-Qhuthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha karya Asy-Syaikh Ibrahim Ibnu Sulthon Al-Adnany, hlm. 7-12 SERIAL KESESATAN JAMAAH TABLIGH Muqaddimah Kalimat Rahasia Jamaah Tabligh Kisah Kelabu Jamaah Tabligh Pengakuan Mantan Jamaah Tabligh

doa musyawarah jama ah tabligh